Idul Adha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, berakar dari kisah agung pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang bersedia menyembelih putranya, Ismail AS, sebagai wujud ketaatan mutlak kepada Allah SWT. Peristiwa bersejarah ini diabadikan dalam Al-Qur’an dan menjadi landasan bagi umat Muslim di seluruh dunia untuk melaksanakan ibadah kurban setiap tanggal 10 Dzulhijjah.
Lebih dari sekadar ritual keagamaan, Idul Adha telah menjadi ritus kolektif yang secara luar biasa mempersatukan masyarakat lintas kelas, suku, dan bahkan negara. Di Indonesia dan Pakistan—dua negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, masing-masing sekitar 231 juta dan 212 juta jiwa (Pew Research Center, 2023)—Idul Adha bukan hanya melibatkan ibadah, tetapi juga secara aktif memperkuat kohesi sosial.
Meski dipisahkan oleh ribuan kilometer dan budaya yang berbeda, semangat kurban dari Jakarta hingga Lahore tetap serupa: menyembelih hewan kurban, berbagi daging, dan menumbuhkan solidaritas yang mendalam.
Tradisi Idul Adha di Indonesia: Semangat Gotong Royong yang Mengakar
Perayaan Idul Adha di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari nilai gotong royong yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Mulai dari persiapan hewan kurban, pelaksanaan penyembelihan, hingga proses pembagian daging, semua dilakukan secara kolektif.
Masjid-masjid menjadi pusat utama aktivitas ini, tempat warga saling bekerja sama tanpa memandang latar belakang sosial. Tradisi ini membentuk ruang sosial yang menyatukan umat dalam praktik kebersamaan yang nyata.
Pembagian daging kurban dilakukan secara merata kepada masyarakat sekitar, termasuk mereka yang bukan penerima tetap zakat. Uniknya, di banyak daerah, anak-anak dan remaja juga dilibatkan dalam proses ini sebagai bentuk pendidikan karakter sejak dini, menanamkan nilai berbagi dan kepedulian.
Selain itu, organisasi keagamaan besar seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah secara aktif mengirimkan hewan kurban ke wilayah-wilayah terpencil. Praktik ini menjadikan Idul Adha di Indonesia bukan hanya simbol pengorbanan spiritual, tetapi juga alat redistribusi sosial yang menegaskan nilai keadilan dan kepedulian dalam Islam.
Tradisi Idul Adha di Pakistan: Keluarga, Komunitas, dan Simbol Kehormatan
Di Pakistan, tradisi Idul Adha sangat menekankan ikatan keluarga dan sering kali menjadi simbol kehormatan sosial. Masyarakat mulai mempersiapkan kurban jauh hari sebelumnya—dari memilih hewan terbaik hingga membersihkan rumah dan menyiapkan jamuan keluarga besar. Di kota-kota besar seperti Lahore dan Islamabad, hewan kurban terkadang mencerminkan status ekonomi dan reputasi keluarga di masyarakat.
Namun, di balik simbolisme tersebut, nilai berbagi tetap dijunjung tinggi. Daging kurban biasanya dibagi menjadi tiga bagian sesuai Sunnah Nabi: untuk keluarga sendiri, kerabat, dan masyarakat miskin. Organisasi zakat dan LSM di Pakistan aktif menyalurkan daging kurban ke wilayah miskin dan pengungsi, termasuk di wilayah Kashmir.
Kegiatan spiritual seperti dzikir bersama dan pembacaan puisi keagamaan (na’at) juga memperkuat suasana religius dan kolektif khas Pakistan, menambah kekhusyukan perayaan Idul Adha.
Perbedaan Budaya, Persamaan Nilai: Islam sebagai Titik Temu Global
Meskipun tradisi kurban di Indonesia dan Pakistan memiliki warna lokal yang berbeda—Indonesia lebih mengedepankan kebersamaan sebagai sesama manusia dan gotong royong, sementara Pakistan lebih berpusat pada ikatan keluarga dan kehormatan sosial—nilai esensial yang dibawa tetap sama: tadhiyyah (pengorbanan), rahmah (kasih sayang), dan ukhuwwah (persaudaraan).
Idul Adha juga berfungsi sebagai momentum sosial yang efektif dalam meruntuhkan sekat-sekat kelas dan status. Umat Muslim, dari berbagai latar belakang sosial, bersatu dalam ibadah kurban sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama. Ini adalah wujud nyata solidaritas Islam yang melampaui batas geografis dan budaya, mempererat hubungan umat Muslim di seluruh dunia melalui nilai-nilai spiritual yang kuat dan mendalam.
Ini menunjukkan bagaimana Islam dapat hidup dan membumi dalam keberagaman, sekaligus menjalin koneksi antarumat secara global.
Idul Adha sebagai Diplomasi Budaya Islam Global
Menurut Joseph Nye (2004), diplomasi budaya adalah bentuk soft power yang efektif dalam membangun hubungan antarnegara melalui pertukaran nilai dan budaya. Dalam konteks ini, Idul Adha berfungsi sebagai media penyampaian nilai-nilai universal Islam seperti pengorbanan, kasih sayang, dan solidaritas kepada dunia secara damai dan universal.
Tradisi Idul Adha, meskipun bersifat religius, memiliki potensi besar sebagai diplomasi spiritual antarnegara Muslim. Hubungan erat Indonesia–Pakistan, yang terjalin melalui kerja sama pendidikan, militer, dan keagamaan, secara jelas mencerminkan bagaimana nilai-nilai Islam dapat memperkuat pemahaman lintas budaya dan mempererat persaudaraan antarumat di tingkat global.
Nilai Sosial Idul Adha: Solidaritas Islam dalam Keberagaman Budaya
Di mana pun Idul Adha dirayakan, baik di Indonesia maupun Pakistan, perayaan ini mengajarkan bahwa pengorbanan bukan hanya soal menjaga tradisi, tetapi juga tentang keikhlasan, solidaritas, dan keadilan sosial. Di Indonesia, kita melihat kuatnya semangat gotong royong dalam membagikan daging kurban. Sementara di Pakistan, ada sistem pembagian yang terstruktur antara keluarga, kerabat, dan kaum miskin.
Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa meskipun praktik perayaan berbeda, substansi nilai Islam tentang solidaritas tetap menjadi benang merah yang kuat. Hal ini memperkuat rasa kebersamaan lintas negara, memperlihatkan keragaman ekspresi budaya dalam Islam, serta membuka ruang diplomasi sosial dan pertukaran nilai lintas bangsa.
Dengan demikian, Idul Adha menjadi simbol nyata bahwa Islam dapat hidup dan membumi dalam keberagaman, sekaligus menjalin koneksi antarumat secara global.
Penutup: Mari Rayakan Keragaman dalam Kebersamaan
Idul Adha bukan hanya sekadar perayaan tahunan, tetapi juga cermin dari nilai-nilai universal yang mempersatukan umat Muslim di seluruh dunia. Dari semangat gotong royong di Indonesia hingga ikatan keluarga di Pakistan, perayaan ini mengajarkan kita tentang pentingnya berbagi, peduli, dan mempererat tali persaudaraan.
Pelajari Lebih Lanjut:
- Ingin tahu lebih banyak tentang hubungan bilateral Indonesia dan Pakistan? Kunjungi artikel kami tentang Kolaborasi Pendidikan Digital Indonesia-Pakistan.
- Bagikan pengalaman Idul Adha Anda! Tinggalkan komentar di bawah ini dan ceritakan bagaimana Anda merayakan Hari Raya Kurban.
- Jangan lewatkan kisah menarik lainnya! Ikuti kami di media sosial dan berlangganan newsletter kami untuk update terkini seputar budaya, teknologi, dan bisnis antara Indonesia dan Pakistan.
Tags: Idul Adha, Idul Adha Indonesia, Idul Adha Pakistan, Tradisi Kurban, Budaya Islam, Hubungan Indonesia Pakistan, Diplomasi Budaya Muslim, Kurban Lintas Negara, Makna Idul Adha, Umat Islam Asia Selatan, Umat Islam Asia Tenggara.
Referensi:
- detikFinance. (2024, Juni 14). Harga Hewan Kurban di Pakistan Melonjak, Warga Mengeluh. Diakses dari https://finance.detik.com/foto-bisnis/d-7391824/harga-hewan-kurban-di-pakistan-melonjak-warga-mengeluh
- Bayat, A. (2013). Life as Politics: How Ordinary People Change the Middle East. Stanford, CA: Stanford University Press.
- Kementerian Agama RI. (2024). Edaran Tentang Penyelenggaraan Ibadah Kurban Tahun 1445 H/2024 M. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam. Diakses dari: https://kemenag.go.id
- Nisa, E. F. (2018). Negotiating Women’s Rights in Islamic Family Law in Indonesia. Asian Journal of Women’s Studies, 24(3), 343–362. https://doi.org/10.1080/12259276.2018.1489712
- Pew Research Center. (2015, April 2). The Future of World Religions: Population Growth Projections, 2010–2050. Diakses dari: https://www.pewresearch.org/religion/2015/04/02/the-future-of-world-religions-population-growth-projections-2010-2050