Belajar dari Indonesia: Mengapa Program Keluarga Berencana Indonesia Dilirik Pakistan?

Delegasi Kementerian Kesehatan Pakistan berdiskusi dengan pejabat Indonesia tentang program Keluarga Berencana

Bagikan

Daftar Isi

Secara demografis, Pakistan menghadapi tantangan besar: tingkat kelahiran yang tinggi dan rendahnya penggunaan kontrasepsi. Menurut data World Bank (2023), Total Fertility Rate (TFR) Pakistan mencapai 3,5 anak per perempuan—angka ini jauh di atas batas ideal untuk penggantian populasi (2,1). Salah satu penyebab utamanya adalah resistensi terhadap Keluarga Berencana (KB) yang diyakini sebagian masyarakat bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Di sinilah Indonesia hadir sebagai model sukses. Dengan pengalaman panjang lebih dari lima dekade sejak 1970-an, Indonesia telah mengembangkan model KB yang tidak hanya efektif secara statistik, tetapi juga diterima secara sosial dan budaya. Strategi keberhasilan ini terus disempurnakan, disesuaikan dengan norma dan kebutuhan masyarakat, hingga menjadi sistem yang kuat dan diterima secara luas.

Artikel ini akan mengulas alasan akademis, konteks sosial, dan nilai kolaboratif dari kerja sama unik dua negara mayoritas Muslim ini dalam memperkuat program KB.

Strategi KB Indonesia: Kunci Keberhasilan Melibatkan Tokoh Agama dan Layanan Kesehatan Memadai

Pendekatan KB Indonesia berhasil karena menyentuh dua aspek penting: persepsi masyarakat dan kerja sama lintas level. Berdasarkan “Health Belief Model” (Rosenstock, 1974), individu akan menerima program kesehatan jika mereka percaya manfaatnya lebih besar daripada hambatannya. Di Indonesia, inilah peran krusial tokoh agama yang membantu meyakinkan masyarakat bahwa KB tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Mereka menekankan bahwa KB sejalan dengan nilai-nilai Islam, seperti menjaga kesejahteraan keluarga dan mencegah kemudaratan.

Selain itu, infrastruktur layanan kesehatan Indonesia mendukung pelaksanaan KB secara berkelanjutan. Melalui sistem Puskesmas, Posyandu, dan program digital inovatif seperti SIRIKA serta SIGA, distribusi layanan KB mampu menjangkau hingga desa-desa terpencil. Pendekatan holistik inilah yang menjadi daya tarik utama bagi delegasi Kementerian Kesehatan Pakistan dalam kunjungan mereka ke Indonesia pada April 2025.

Mengapa Pendekatan Indonesia Begitu Relevan bagi Pakistan?

Kunjungan delegasi Pakistan, yang dipimpin oleh Dr. Soofia Yunus, Director General (Population), Ministry of National Health Services, Regulations and Coordination (NHSR&C), menunjukkan apresiasi mendalam terhadap strategi Indonesia. Dr. Soofia Yunus sangat terkesan dengan cara Pemerintah Indonesia melibatkan para pemuka agama dalam menyukseskan program KB. Ini sangat relevan bagi Pakistan, mengingat kedua negara memiliki populasi mayoritas Muslim dan peran pemuka agama yang kuat dalam memengaruhi keputusan masyarakat.

Menurut Dr. Soofia Yunus, fatwa dan pendekatan keagamaan dari ulama Indonesia dapat menjadi rujukan penting bagi Pakistan dalam membangun pemahaman masyarakat soal KB. Beliau melihat pendekatan ini sebagai strategi yang relevan dan berpotensi besar untuk diterapkan di negaranya (Kompas, 2025).

Dampak Diplomasi dan Kolaborasi: Kekuatan South-South Triangular Cooperation

Kerja sama antara Indonesia dan Pakistan ini bukan sekadar pertukaran ilmu, melainkan bagian dari inisiatif South-South Triangular Cooperation (SSTC) yang difasilitasi oleh UNFPA. Kolaborasi ini menandai pentingnya solidaritas antarnegara Muslim dalam menjawab tantangan global seperti ledakan penduduk, kesehatan ibu dan anak, serta kesetaraan gender.

Bagi Indonesia, kerja sama ini menjadi cara elegan untuk memperkenalkan pendekatan berbasis nilai Islam yang moderat dan terbuka kepada dunia, tanpa memaksakan ideologi. Strategi KB yang diselaraskan dengan nilai keagamaan menunjukkan bahwa Indonesia bisa menjadi contoh sukses dalam mengelola isu sosial keagamaan secara inklusif. Sementara itu, bagi Pakistan, inisiatif ini membuka peluang untuk mengadopsi praktik serupa yang selaras dengan nilai-nilai masyarakat lokal mereka.

Kesimpulan: Harmoni Agama dan Kesehatan Publik

Strategi Keluarga Berencana Indonesia menjadi rujukan penting bagi Pakistan bukan semata karena efektivitas teknisnya, tetapi karena kemampuannya menyelaraskan antara nilai religius dan pendekatan ilmiah. Ini membuktikan bahwa agama dan kesehatan publik tidak harus saling bertentangan, melainkan dapat berjalan selaras dan saling mendukung jika dikelola dengan bijak.

Kerja sama ini membuka jalan bagi model pengembangan sosial yang berbasis nilai, ilmu pengetahuan, dan kolaborasi lintas negara Muslim. Dengan berbagi pengalaman dan solusi yang telah terbukti, Indonesia dan Pakistan menunjukkan bagaimana tantangan demografi dapat diatasi secara holistik, berkelanjutan, dan menghormati konteks budaya serta agama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Tidak ada postingan lagi untuk ditampilkan
Delegasi Kementerian Kesehatan Pakistan berdiskusi dengan pejabat Indonesia tentang program Keluarga Berencana

Related Post

Lihat Artikel Lainnya