Krisis Iklim Guncang Indonesia & Pakistan: Banjir, Kekeringan, dan Ancaman Ekonomi

Seorang petani berdiri di lahan kering di Pakistan, menunjukkan dampak kekeringan akibat berkurangnya pasokan air dari Sungai Indus

Bagikan

Daftar Isi

Krisis Iklim Ancam Indonesia dan Pakistan: Banjir, Kekeringan, & Dampak Nyata di Asia

Krisis iklim bukan lagi sekadar isu global, melainkan realitas mengerikan yang kini mengguncang dua negara di Asia, Indonesia dan Pakistan. Meskipun berada di wilayah yang berbeda, keduanya merasakan dampak ekstrem yang memicu bencana alam, krisis ekonomi, dan ketidakpastian masa depan.

Perubahan iklim membuat cuaca menjadi semakin ekstrem dan sulit diprediksi. Fenomena ini tidak hanya mengancam ekosistem, tetapi juga mengganggu kehidupan sehari-hari, mata pencaharian, hingga stabilitas ekonomi. Lantas, bagaimana dua negara ini berjuang menghadapi ancaman tersebut?

Pemandangan udara deforestasi hutan di Indonesia yang diganti dengan perkebunan kelapa sawit, penyebab pemanasan global

Pakistan: Dihantam Banjir dan Kekeringan Secara Bersamaan

Pakistan, salah satu negara paling rentan terhadap perubahan iklim, tengah menghadapi situasi yang ironis: banjir dan kekeringan terjadi dalam satu waktu. Pada Juli 2025, banjir bandang yang dipicu oleh hujan monsun ekstrem melanda wilayah Punjab dan Gilgit-Baltistan. Bencana ini menyebabkan kerusakan infrastruktur parah, termasuk putusnya akses vital seperti Jalan Raya Karakoram, serta menewaskan ratusan warga.

Di sisi lain, daerah lain di Pakistan justru mengalami kekeringan ekstrem. Situasi ini memicu krisis air dan mengancam ketahanan pangan nasional. Laporan dari The Guardian (2025) menyebutkan bahwa mencairnya gletser dan curah hujan ekstrem telah melipatgandakan frekuensi bencana dalam lima tahun terakhir.

Ancaman jangka panjang yang lebih serius menanti: krisis air bersih akibat menurunnya debit air Sungai Indus, sumber utama air minum dan irigasi bagi jutaan penduduk.

Indonesia: Naiknya Air Laut, Kekeringan, dan Deforestasi

Sebagai negara kepulauan, Indonesia menghadapi tantangan yang tak kalah berat. Kenaikan permukaan air laut menjadi ancaman nyata bagi kota-kota pesisir seperti Jakarta dan Semarang. Ancaman ini diperparah oleh aktivitas deforestasi besar-besaran untuk perkebunan kelapa sawit, yang justru melemahkan penyerapan air tanah dan mempercepat pemanasan global.

Perubahan iklim juga menyebabkan pola panen menjadi tidak teratur, sering kali memicu gagal panen dan lonjakan harga pangan. Menurut Kementerian Keuangan RI (2025), jika tidak ada mitigasi yang serius, dampak iklim ini berpotensi menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hingga 10%. Cuaca ekstrem tidak hanya mengganggu sektor pertanian, tetapi juga memengaruhi kesehatan masyarakat dan produktivitas pekerja.

Seorang petani berdiri di lahan kering di Pakistan, menunjukkan dampak kekeringan akibat berkurangnya pasokan air dari Sungai Indus

Ancaman Ekonomi dan Sosial yang Merata

Dampak krisis iklim ini menciptakan lingkaran setan kemiskinan. Para petani gagal panen, nelayan tidak bisa melaut, dan buruh kehilangan pekerjaan akibat bencana. Ini semua mengganggu logistik, menaikkan harga bahan pokok, serta memicu krisis air bersih.

Kondisi ini memicu dampak sosial yang lebih luas:

  • Anak-anak putus sekolah.
  • Perempuan kehilangan akses kesehatan.
  • Remaja terpaksa melakukan migrasi untuk mencari nafkah.

Baik Indonesia maupun Pakistan sama-sama menghadapi tantangan lain: infrastruktur yang belum memadai dan sistem peringatan dini yang terbatas. Di beberapa daerah terpencil, sirene peringatan dini tak pernah terdengar, membuat masyarakat tidak siap menghadapi bencana. Akibatnya, waktu pemulihan pascabencana menjadi lebih lama dan ketergantungan ekonomi semakin meningkat.

Upaya Adaptasi dan Mitigasi yang Terus Berjalan

Meskipun tantangannya besar, kedua negara terus berupaya mencari solusi.

  • Pakistan menjalankan proyek ambisius seperti Ten Billion Tree Tsunami untuk penghijauan dan program Recharge Pakistan untuk menyimpan air hujan.
  • Indonesia menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca hingga 43% melalui transisi ke energi terbarukan dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

Namun, implementasi kebijakan ini masih menghadapi kendala, seperti keterbatasan anggaran dan kurangnya koordinasi antar-lembaga.

Krisis iklim menunjukkan bahwa persoalan ini bukanlah isu lingkungan semata, melainkan masalah hidup yang menyentuh seluruh aspek sosial, ekonomi, dan politik. Diperlukan kesadaran kolektif dan kerja sama global untuk menghadapi ancaman ini, karena perubahan iklim tidak mengenal batas negara.

Daftar Pustaka

The Guardian. (2025). Accelerated Glacial Melt and Monsoon Rains in Pakistan.

Time. (2025). India, Pakistan and Climate-Driven Water Conflict.

Antara News. (2025). Climate Change Could Slash Indonesia’s GDP.

UGM News. (2023). Tantangan Iklim dan Infrastruktur Berkelanjutan.

Kementerian Keuangan RI. (2025). Laporan Dampak Ekonomi Perubahan Iklim.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Tidak ada postingan lagi untuk ditampilkan
Seorang petani berdiri di lahan kering di Pakistan, menunjukkan dampak kekeringan akibat berkurangnya pasokan air dari Sungai Indus

Related Post

Lihat Artikel Lainnya