Islamabad, Pakistan – Merantau ke negara baru selalu menjadi tantangan, tak terkecuali bagi warga negara Indonesia (WNI) yang memilih Pakistan sebagai tujuan kerja, studi, atau penugasan diplomatik. Perbedaan budaya, sistem sosial, dan kondisi geografis menuntut adaptasi. Untuk memastikan WNI dapat hidup dengan aman dan nyaman di negeri yang kaya tradisi Islam dan budaya Asia Selatan ini, panduan praktis berikut disusun berdasarkan pengalaman diaspora, informasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), serta lembaga resmi dan internasional.

1. Daftarkan Diri ke KBRI Islamabad: Prioritas Utama WNI di Pakistan
Setibanya di Pakistan, hal pertama yang wajib dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia (WNI) adalah melaporkan diri secara resmi ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Islamabad. Proses ini bukan hanya administratif, tetapi juga langkah strategis untuk memastikan keamanan dan perlindungan hak-hak WNI selama berada di luar negeri.
Melapor ke KBRI memungkinkan pemerintah Indonesia mengetahui keberadaan Anda di Pakistan. Informasi ini krusial dalam situasi darurat seperti bencana alam, konflik sosial, situasi keamanan genting, atau krisis kesehatan. Dalam kondisi tersebut, KBRI Islamabad akan segera mengoordinasikan bantuan, evakuasi, atau perlindungan sesuai prosedur diplomatik dan hukum internasional.
Proses pelaporan diri sangat mudah. Anda bisa melakukannya secara langsung di kantor KBRI atau secara daring melalui laman resmi mereka. Cukup siapkan salinan paspor, visa/residence permit Pakistan, dan isi formulir pelaporan WNI. Data ini akan masuk ke sistem Perlindungan WNI dan BHI (Bantuan Hukum Indonesia) yang dikelola Kementerian Luar Negeri RI.
Selain urusan administratif, KBRI Islamabad juga berperan penting sebagai pusat komunitas dan informasi bagi WNI. KBRI secara rutin menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial, budaya, dan keagamaan seperti:
- Perayaan Hari Kemerdekaan RI
- Pengajian bulanan dan kegiatan keagamaan lainnya
- Kegiatan seni budaya (misal: pertunjukan gamelan dan tari tradisional)
- Bazar makanan Indonesia
Dengan aktif melaporkan diri dan bergabung dalam kegiatan KBRI, ekspatriat Indonesia tidak hanya mendapatkan rasa aman secara hukum, tetapi juga memperluas jaringan sosial di tanah rantau. Kehadiran KBRI menjadi semacam rumah kedua bagi para WNI di Pakistan, tempat mereka bisa berinteraksi, berbagi cerita, dan tetap terhubung dengan akar budaya Indonesia.

2. Kenali Budaya dan Norma Sosial Lokal Pakistan
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam (lebih dari 95%), Pakistan memiliki budaya dan norma sosial yang sangat dipengaruhi oleh ajaran agama, nilai tradisional, serta struktur masyarakat patriarkal. Bagi ekspatriat Indonesia, terutama dari lingkungan urban yang lebih terbuka, penting untuk memahami dan menghormati nilai-nilai lokal agar dapat berinteraksi secara harmonis dan menghindari kesalahpahaman budaya.
Sikap menghargai dan beradaptasi dengan budaya setempat merupakan kunci utama dalam membangun hubungan sosial yang baik di Pakistan. Berikut adalah beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan:
2.1. Pakaian dan Penampilan: Hormati Konservatisme Lokal
Di Pakistan, standar berpakaian sangat konservatif, baik untuk pria maupun wanita. Meskipun kota besar seperti Islamabad dan Lahore lebih moderat, ekspatriat tetap disarankan untuk berpakaian sopan dan tidak mencolok.
- Wanita sebaiknya mengenakan pakaian berlengan panjang, longgar, dan menutupi bagian dada serta kaki. Banyak wanita asing memilih mengenakan shalwar kameez (baju kurung tradisional Pakistan) untuk menyesuaikan diri dan menunjukkan rasa hormat.
- Pria dianjurkan mengenakan pakaian rapi dan tertutup, menghindari celana pendek, terutama di lingkungan non-rekreasi atau pertemuan formal.
Dengan berpakaian sopan, ekspatriat tidak hanya menghormati nilai-nilai lokal, tetapi juga menghindari perhatian yang tidak diinginkan dan membangun citra positif.
2.2. Interaksi Sosial dan Gender: Jaga Batasan
Pakistan menganut norma sosial yang sangat berhati-hati dalam hubungan antara pria dan wanita. Sentuhan fisik antara lawan jenis yang bukan anggota keluarga atau pasangan resmi dianggap tidak pantas. Oleh karena itu:
- Hindari berjabat tangan dengan lawan jenis, kecuali mereka yang lebih dulu mengulurkan tangan dan menunjukkan kenyamanan.
- Saat berbicara dengan lawan jenis, jaga jarak fisik dan gunakan bahasa tubuh yang sopan.
- Interaksi antarpribadi biasanya lebih formal, terutama pada pertemuan pertama atau dalam konteks profesional.
Penghormatan terhadap batasan gender ini sangat penting untuk menjaga reputasi pribadi dan profesional Anda sebagai ekspatriat di Pakistan.
2.3. Menghormati Waktu Salat dan Ramadan: Adat Islam yang Kuat
Waktu salat lima waktu sangat dihormati di Pakistan. Pada jam-jam salat, terutama Salat Jumat (Jumu’ah), banyak toko dan kantor tutup sementara. Ekspatriat sebaiknya memahami jadwal salat dan menghormati momen ibadah tersebut dengan tidak mengganggu atau membuat kebisingan di sekitar masjid.
Selama bulan Ramadan, masyarakat Pakistan menjalankan ibadah puasa dengan sangat khusyuk. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan:
- Hindari makan, minum, atau merokok di tempat umum selama jam puasa (dari fajar hingga matahari terbenam), karena dianggap tidak sopan.
- Banyak restoran tutup pada siang hari dan baru buka menjelang buka puasa.
- Gunakan waktu berbuka puasa (iftar) sebagai momen sosial untuk membangun hubungan dengan kolega atau tetangga lokal.
Penghormatan terhadap praktik keagamaan ini akan sangat dihargai oleh masyarakat setempat dan dapat membuka pintu untuk hubungan sosial yang lebih erat.
2.4. Etika Umum dalam Berkomunikasi: Kesopanan Kunci Utama
Warga Pakistan dikenal sopan, hangat, dan menjunjung tinggi nilai kehormatan (izzat). Saat berinteraksi, penting untuk:
- Menyapa dengan salam seperti “Assalamu Alaikum” dan membalas dengan “Wa Alaikumussalam.”
- Tidak mengangkat suara atau menunjukkan emosi berlebihan di depan umum.
- Menyebut gelar atau panggilan kehormatan seperti “Sir,” “Madam,” “Uncle,” atau “Aunty” untuk menunjukkan rasa hormat, terutama kepada yang lebih tua.

3. Pelajari Bahasa Dasar Urdu: Jembatan Komunikasi dan Kehangatan
Di tengah keragaman budaya dan kekayaan bahasa Pakistan, Urdu menempati posisi sebagai bahasa nasional dan simbol identitas persatuan. Bagi ekspatriat Indonesia, memahami bahasa Urdu setidaknya pada tingkat dasar bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap budaya setempat dan jembatan untuk membangun hubungan yang lebih hangat dengan masyarakat lokal.
Memang benar bahwa bahasa Inggris masih menjadi bahasa utama di lingkungan pendidikan, pemerintahan, dan bisnis formal. Namun, dalam kehidupan sehari-hari—terutama saat berinteraksi dengan pedagang pasar, sopir taksi, tetangga, atau petugas keamanan—Urdu menjadi bahasa yang dominan. Banyak ekspatriat yang mengaku bahwa kemampuan berbicara dalam Urdu, walau terbatas, sangat membantu mereka dalam beradaptasi dan merasa lebih diterima.
Mulailah dengan mempelajari frasa-frasa dasar yang berkaitan dengan interaksi sehari-hari. Ucapan seperti:
- “Shukriya” (شكریہ) – Terima kasih
- “Assalamualaikum” – Salam pembuka yang sopan dan umum digunakan
- “Aap kaise hain?” (آپ کیسے ہیں؟) – Apa kabar?
- “Kitna hai?” (کتنا ہے؟) – Berapa harganya?
- “Mujhe maaf kijiye” – Maafkan saya
- “Mujhe samajh nahi aaya” – Saya tidak mengerti
Kemampuan menggunakan frasa-frasa ini bisa menjadi penyelamat saat berbelanja di pasar tradisional, memesan makanan di warung setempat, atau sekadar menyapa tetangga dengan ramah.
Menariknya, karena akar budaya Indonesia dan Pakistan sama-sama kuat dalam nilai-nilai keislaman, banyak istilah atau ekspresi yang terasa akrab. Misalnya, penggunaan kata “Insha Allah”, “Mashallah”, atau “Alhamdulillah” yang sering muncul dalam percakapan harian masyarakat Pakistan, akan terdengar tidak asing di telinga orang Indonesia.
Bagi yang ingin memperdalam, kini tersedia berbagai aplikasi belajar bahasa seperti Duolingo, Memrise, atau Rosetta Stone yang menyediakan kursus Urdu. Selain itu, beberapa ekspatriat juga memilih belajar langsung dari teman lokal atau guru privat.
Lebih dari sekadar keterampilan, upaya mempelajari bahasa lokal sering kali dipandang sebagai bentuk niat baik dan itikad menghargai budaya tuan rumah. Tak sedikit warga Pakistan yang tersenyum ramah atau bahkan menawarkan bantuan hanya karena ekspatriat asing mencoba menyapa atau berbicara dengan bahasa mereka. Singkatnya, menguasai dasar-dasar bahasa Urdu bukan hanya meningkatkan efisiensi komunikasi, tetapi juga membuka pintu ke dalam kehidupan sosial, tradisi, dan kebaikan hati masyarakat Pakistan.

4. Perhatikan Kesehatan dan Vaksinasi Sebelum Berangkat
Kesehatan adalah hal yang sering terlupakan di tengah kesibukan persiapan relokasi. Padahal, bagi WNI yang akan tinggal di Pakistan, menjaga kesehatan bukan sekadar urusan pribadi, tetapi juga langkah penting untuk hidup tenang dan nyaman di negeri orang.
Sebelum berangkat, sangat disarankan untuk mendapatkan vaksinasi yang direkomendasikan untuk kawasan Asia Selatan. Beberapa jenis vaksin yang dianjurkan antara lain: Hepatitis A dan B, Tifus, Polio, dan Rabies—terutama jika Anda berencana tinggal di luar kota besar atau di area yang dekat dengan alam terbuka.
Mengapa penting? Karena perbedaan iklim, kebersihan lingkungan, dan sistem kesehatan di Pakistan bisa memengaruhi daya tahan tubuh ekspatriat, terutama di minggu-minggu awal adaptasi. Penyakit seperti tifus dan hepatitis, misalnya, kerap menyebar lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi, sementara rabies masih jadi ancaman nyata di beberapa daerah rural.
Selain vaksinasi, ekspatriat juga perlu cermat dalam memilih sumber air minum. Di banyak kota di Pakistan, air ledeng tidak direkomendasikan untuk langsung diminum tanpa disaring atau direbus. Menggunakan air botolan atau galon bersegel adalah pilihan paling aman. Bahkan untuk mencuci sayur dan buah, banyak ekspat memilih memakai air matang atau air mineral.
Satu hal lain yang kerap dilupakan adalah soal nyamuk. Di musim panas dan musim hujan, wilayah tertentu di Pakistan bisa menjadi sarang nyamuk pembawa penyakit seperti malaria atau demam berdarah. Periksa kondisi tempat tinggal: apakah ada genangan air di sekitar rumah, ventilasi cukup baik, dan apakah jendela dilengkapi kawat nyamuk. Gunakan obat semprot atau lotion anti-serangga, terutama saat malam tiba.
Jika memungkinkan, pilih tempat tinggal yang dekat dengan fasilitas kesehatan, atau cari tahu rumah sakit rujukan yang memiliki layanan dokter berbahasa Inggris. Rumah sakit swasta bertaraf internasional cukup banyak tersedia di kota-kota besar seperti Islamabad, Lahore, dan Karachi. Namun, biaya berobat untuk warga asing bisa tinggi. Oleh karena itu, memiliki asuransi kesehatan internasional dengan cakupan menyeluruh bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan.
Singkatnya, urusan kesehatan sebaiknya jangan dianggap remeh. Sedikit usaha lebih di awal—dari vaksinasi, memilih air minum, hingga pencegahan gigitan nyamuk—akan sangat membantu Anda menjalani hidup yang lebih tenang dan produktif selama di Pakistan.

5. Keamanan dan Mobilitas: Waspada dan Pahami Lingkungan
Saat tinggal di luar negeri, salah satu hal paling penting adalah soal keamanan. Bagi ekspatriat Indonesia yang tinggal di Pakistan, menjaga keselamatan pribadi harus menjadi prioritas utama, terutama mengingat ada beberapa wilayah yang belum sepenuhnya stabil secara politik dan keamanan.
Secara umum, kota-kota besar seperti Islamabad, Lahore, dan Karachi cukup aman untuk ditinggali, selama ekspatriat tetap mematuhi aturan lokal dan bersikap waspada. Namun, wilayah seperti Balochistan dan sebagian Khyber Pakhtunkhwa yang berbatasan langsung dengan Afghanistan sering dilaporkan sebagai daerah rawan konflik (isu separatisme atau aktivitas kelompok bersenjata). Wilayah tersebut sebaiknya tidak dikunjungi tanpa alasan yang sangat kuat, terlebih jika tidak didampingi oleh warga lokal atau otoritas resmi.
Sangat disarankan agar ekspatriat selalu mengikuti perkembangan berita lokal. KBRI Islamabad secara rutin memberikan informasi dan imbauan kepada warga Indonesia melalui kanal resmi mereka—baik melalui situs web, media sosial, maupun grup WhatsApp komunitas. Mendaftarkan diri ke KBRI sejak awal bukan hanya soal administrasi, tetapi juga akses informasi dan perlindungan keamanan.

Dalam hal transportasi, keamanan juga menjadi pertimbangan utama. Jika belum familiar dengan rute jalan dan situasi lalu lintas setempat, lebih baik menggunakan jasa sopir lokal dari agen tepercaya atau kendaraan layanan daring seperti Careem atau InDrive yang populer di Pakistan. Hindari menggunakan angkutan umum yang terlalu padat atau tidak memiliki standar keselamatan yang baik, terutama saat bepergian jauh dari pusat kota.
Bepergian malam hari sendirian juga sebaiknya dihindari, kecuali benar-benar diperlukan. Jika terpaksa keluar malam, pastikan sudah mengabari rekan atau keluarga mengenai lokasi dan tujuan Anda. Banyak ekspatriat juga memilih untuk berbagi lokasi secara real-time melalui aplikasi seperti Google Maps atau WhatsApp saat bepergian di luar jam normal.
Meskipun sebagian besar masyarakat Pakistan ramah dan terbuka terhadap orang asing, tetap penting untuk tidak terlalu mencolok baik dari segi penampilan maupun sikap, serta menghormati adat istiadat setempat. Sikap rendah hati, sopan, dan waspada akan jauh lebih dihargai dibandingkan terlalu percaya diri di lingkungan baru.
Singkatnya, keamanan di Pakistan memang relatif—ada area yang aman, ada pula yang berisiko. Namun, dengan informasi yang cukup, sikap hati-hati, dan jaringan komunikasi yang baik, ekspatriat Indonesia tetap bisa menjalani kehidupan sehari-hari dengan lancar dan aman di negeri ini.