Pendahuluan: Keberagaman sebagai Anugerah dan Fondasi Toleransi
Sejak dahulu, perbedaan adalah keniscayaan yang memperkaya keberagaman hidup di dunia ini. Dari budaya, agama, hingga perilaku, setiap tempat memiliki karakteristik uniknya. Untuk dapat menghormati perbedaan satu sama lain, kita membutuhkan sikap toleransi. Secara etimologi, kata “toleransi” berasal dari bahasa Latin “tolerare” yang berarti “sabar dan menahan diri.”
Sementara itu, secara terminologi, toleransi mengacu pada sikap tidak memaksakan kehendak, tidak mencela, dan tidak merendahkan orang lain karena perbedaan yang ada.
Dalam agama Islam, toleransi sangat diperlukan untuk menjaga keharmonisan hubungan antar umat manusia, tanpa memandang ras, suku, dan agama. Bahkan, jauh sebelum era modern, Rasulullah ﷺ telah mencontohkan sikap toleransi yang luar biasa dengan mempersatukan masyarakat Yatsrib (sekarang Madinah) melalui sebuah kesepakatan bersama yang dikenal sebagai Piagam Madinah.
Kesepakatan ini tidak hanya bertujuan untuk saling bekerja sama mempertahankan wilayah dari setiap ancaman, tetapi juga untuk melindungi kebebasan beragama dan beribadah. Piagam Madinah mempersatukan umat Islam dan Yahudi, mengikat mereka dalam janji untuk saling menjaga keamanan kota. Perjanjian ini juga dengan jelas mengakui hak kemerdekaan setiap golongan untuk memeluk dan menjalankan agamanya.
Piagam Madinah merupakan salah satu perjanjian politik yang memperlihatkan kebijaksanaan dan toleransi Nabi Muhammad ﷺ yang luar biasa. Ia menjamin hak-hak sosial dan religius yang setara bagi orang-orang Yahudi dan Muslim dalam berbagai tugas.
Spirit toleransi ini juga tercermin dalam Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Kafirun ayat 6:
“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”
Ayat ini secara tegas menetapkan prinsip inklusivitas dan non-paksaan dalam beragama. Dalam kondisi kekinian di zaman sekarang, umat Islam harus terus mengambil suri teladan dari Baginda Nabi Muhammad ﷺ dengan bersikap toleran kepada agama lain. Ini berarti tidak membuat gaduh, tidak merusak fasilitas ibadah, tidak melakukan perbuatan kejam (baik melalui perkataan maupun perbuatan), dan tidak memaksa orang lain untuk masuk ke dalam agama kita.
Toleransi dalam Praktik: Indonesia dan Piagam Jakarta
Indonesia, sebagai negara dengan Pancasila sebagai dasar negara, secara jelas menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Keberadaan berbagai agama, suku, dan budaya hidup berdampingan, dan salah satu simbol nyata dari kerukunan ini adalah Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta yang saling berhadapan. Pemeluk di antara keduanya saling menghormati, dan perbedaan agama tidak menjadi alasan untuk saling bertengkar atau mencerca.
Wujud nyata toleransi ini terlihat dari kolaborasi kemanusiaan yang sering dilakukan. Misalnya, Remaja Masjid Istiqlal (Asosiasi Remaja Masjid Istiqlal) dan Orang Muda Katolik Katedral berkolaborasi dalam kegiatan berbagi makanan saat menjelang berbuka puasa di bulan Ramadhan kepada masyarakat yang melintas di depan tempat peribadatan tersebut. Acara ini menunjukkan bagaimana para pemuda dari kedua komunitas ini dapat semakin memahami dan menghargai perbedaan, sekaligus menemukan titik persamaan dalam nilai-nilai kemanusiaan universal.
Kolaborasi ini tidak hanya mempererat tali silaturahmi antar umat beragama, tetapi juga menjadi contoh inspiratif bagi masyarakat luas tentang bagaimana perbedaan dapat dirayakan dan menjadi kekuatan untuk kebaikan bersama. Ini adalah refleksi modern dari prinsip-prinsip yang tertuang dalam Piagam Jakarta yang menekankan persatuan dan kebhinekaan.
Toleransi dalam Praktik: Kisah Keberagaman di Pakistan
Pakistan memang mayoritas pemeluknya beragama Islam, tetapi negara ini juga menjadi rumah bagi sebagian kecil pemeluk agama lain, seperti Kristen, Hindu, dan lainnya. Dengan kehidupan yang saling berdampingan, mereka berupaya hidup dengan aman dan damai, meskipun terkadang masih terjadi konflik yang menjadi bahan perdebatan dan tantangan.
Terlepas dari dinamika tersebut, ada banyak sisi baik yang patut kita sorot sebagai wujud toleransi. Contohnya, ketika malam parade Natal di kota Karachi, Pakistan, para umat Kristiani berbondong-bondong menuju jalanan dengan menggunakan pakaian Santa Claus, menyanyikan lagu, dan menyemarakkan suasana kedamaian antar umat beragama. Mereka juga membagikan bingkisan kepada rakyat sekitar, baik Muslim maupun umat beragama lainnya.
Peristiwa ini menunjukkan bahwa semangat kebersamaan dan penghormatan terhadap hari raya agama lain juga hidup di Pakistan. Ini adalah bukti bahwa meskipun tantangan ada, upaya untuk membangun kerukunan dan saling menghargai terus dilakukan di tingkat akar rumput.
Kesimpulan: Toleransi sebagai Pilar Masyarakat Sejahtera dan Damai
Kisah-kisah dari Indonesia dan Pakistan ini merupakan wujud nyata dari arti toleransi yang sebenarnya. Kedua negara Islam tersebut telah mengimplementasikan nilai-nilai keislaman yang luhur dalam rangka membina toleransi antar sesama manusia. Diharapkan ke depannya, upaya-upaya ini dapat terus memperkuat masyarakat yang sejahtera, aman, damai, dan sentosa, di mana tidak ada lagi ketakutan akan ancaman meskipun berbeda latar belakang. Tujuan akhirnya adalah menciptakan masyarakat yang tetap saling menghormati keberagaman dan menjadikan perbedaan sebagai kekuatan, bukan perpecahan.
Sumber Referensi:
- Kompas TV (YouTube): (URL spesifik tidak ditemukan dari
https://youtu.be/toQuLBokzpw?si=INrbWp8yuxWRJIU4
, mohon perbarui dengan URL yang valid). - UMSU – Toleransi: Pengertian, Tujuan, dan Unsur di Dalamnya: https://fahum.umsu.ac.id/info/toleransi-pengertian-tujuan-dan-unsur-di-dalamnya/
- NU Online – Piagam Madinah: https://quran.nu.or.id/al-kafirun (Catatan: link ini mengarah ke Al-Kafirun, bukan Piagam Madinah. Mohon pastikan link Piagam Madinah yang valid jika ada.)
- Jurnal STIT Pemalang: https://journal.stitpemalang.ac.id/ (Catatan: link ini mengarah ke halaman utama jurnal, bukan artikel spesifik. Mohon perbarui dengan URL artikel yang relevan.)
- Remaja Istiqlal – Berbagi Takjil dan Buka Puasa Bersama: https://www.remajaistiqlal.or.id/2025/04/berbagi-takjil-dan-buka-puasa-bersama.html