Misteri Mata Biru Lamno Aceh, Jejak Keturunan Portugis yang Masih Hidup di Tanah Rencong

Misteri Mata Biru Lamno Aceh, Jejak Keturunan Portugis yang Masih Hidup di Tanah Rencong

Keindahan Lamno Aceh bukan hanya soal alamnya, tapi juga kisah unik warga bermata biru keturunan Portugis yang jadi bukti sejarah hidup. Sumber gambar: Aceh.iNews

Bagikan

Di pesisir barat Aceh, tepatnya di Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, terdapat komunitas yang dikenal sebagai “kampung bule” karena sebagian warganya memiliki mata biru, kulit putih, dan rambut pirang. Desa Lamno menjadi sorotan karena warganya yang berbeda secara fisik dari masyarakat Aceh pada umumnya. (iNews Aceh, 2023)

Keunikan tersebut bukan tanpa alasan. Banyak peneliti dan masyarakat lokal percaya bahwa ciri khas warga Lamno merupakan hasil asimilasi antara pelaut Portugis dan penduduk lokal yang terjadi pada abad ke-16. Hingga kini, fenomena mata biru Lamno masih menjadi simbol sejarah panjang kolonialisme dan percampuran budaya di Aceh. (BBG News, 2024)


Asal Usul Mata Biru Lamno

Jejak sejarah Portugis di Lamno

Beberapa catatan sejarah menyebutkan bahwa pelaut Portugis yang datang ke pantai barat Aceh pada abad ke-16 sempat terdampar dan menikah dengan warga lokal. Dari pernikahan itulah lahir keturunan yang memiliki ciri khas fisik Eropa: kulit putih, rambut pirang, dan mata biru. (Aceh.my.id, 2016)

Selain itu, wilayah Lamno dahulu termasuk dalam kekuasaan Kerajaan Daya yang berhubungan dengan bangsa asing, terutama Portugis. Interaksi ini memperkuat teori adanya proses asimilasi yang menghasilkan generasi bermata biru di kawasan tersebut. (BBG News, 2024)

Lokasi komunitas dan penyebaran

Warga bermata biru kini tersebar di beberapa gampong seperti Kuala Daya, Ujong Muloh, dan Gle Jong. Namun, jumlah mereka terus berkurang akibat bencana tsunami 2004 yang memusnahkan sebagian besar permukiman di pesisir Lamno. (Pustaka BPK XII, 2011)


Daya Tarik dan Identitas Budaya

Pesona wisata budaya yang unik

Fenomena mata biru Lamno tidak hanya menarik bagi peneliti, tetapi juga menjadi daya tarik wisata. Banyak wisatawan datang untuk melihat langsung keunikan fisik masyarakat dan mendengar kisah turun-temurun tentang leluhur mereka. (RCTI+, 2024)

Desa ini juga memiliki panorama indah dengan pantai berpasir putih dan hutan tropis di sekitarnya, menjadikannya destinasi yang potensial untuk wisata budaya dan sejarah.

Tantangan menjaga warisan

Sayangnya, generasi muda Lamno kini semakin sedikit yang memiliki ciri fisik khas tersebut. Sebagian telah menikah dengan warga luar daerah sehingga karakteristik genetik khas Portugis mulai memudar. (Pikiran Merdeka, 2022)

Selain itu, minimnya perhatian pemerintah terhadap potensi budaya ini membuat kisah tentang komunitas bermata biru di Lamno terancam hilang.


Refleksi dan Peluang ke Depan

Warisan sejarah yang harus dilestarikan

Fenomena mata biru Lamno merupakan contoh nyata bagaimana sejarah kolonialisme membentuk keragaman genetik dan budaya Indonesia. Kisah ini memperlihatkan betapa interaksi global di masa lalu telah meninggalkan jejak yang masih terlihat hingga kini.

Pemerintah daerah bersama masyarakat lokal diharapkan dapat menjadikan Lamno sebagai cagar budaya atau kampung wisata sejarah agar kisah ini tidak lenyap ditelan zaman. Dokumentasi dan pelestarian identitas komunitas Lamno penting untuk menjaga warisan multikultural Aceh.

Ajakan untuk eksplorasi budaya lokal

Cerita dari Lamno seharusnya menjadi inspirasi bagi kita untuk menggali lebih banyak warisan lokal yang tersembunyi di berbagai daerah Indonesia. Seperti halnya Lamno, masih banyak kisah serupa yang memperkaya identitas bangsa.


 

Fenomena mata biru Lamno membuktikan bahwa keberagaman Indonesia bukan hanya soal suku dan bahasa, tetapi juga sejarah panjang interaksi budaya. Melalui pelestarian, riset, dan promosi wisata, Lamno bisa menjadi contoh desa yang mampu menjaga jati diri uniknya di tengah arus modernisasi.

Untuk menambah wawasan tentang budaya dan sejarah daerah lain, kunjungi berita-berita menarik lainnya di PakistanIndonesia.com.

Referensi

Ayo Menelusuri