Kesetaraan Pendidikan Perempuan: Perbandingan Indonesia dan Pakistan

kesetaraan-pendidikan-perempuan-indonesia-pakistan

Bagikan

Daftar Isi

 

Kesetaraan perempuan dalam memperoleh pendidikan yang layak merupakan salah satu indikator utama dalam pembangunan masyarakat global. Baik Indonesia maupun Pakistan terus berupaya memperjuangkan hak perempuan dalam mengakses pendidikan, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan signifikan dari segi sosial, budaya, dan ekonomi. Artikel ini akan mengulas perbandingan upaya dan capaian kedua negara dalam mewujudkan kesetaraan pendidikan perempuan.

Partisipasi Perempuan dalam Mengakses Pendidikan: Data dan Kesenjangan

Data Gender Parity Index (GPI) menunjukkan bahwa Indonesia hampir mencapai angka 1,00, menandakan adanya kesetaraan partisipasi pendidikan antara perempuan dan laki-laki pada tingkat Sekolah Dasar (usia 7-12 tahun). Namun, tantangan masih besar di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) serta pedesaan, di mana partisipasi remaja perempuan masih lebih rendah dibandingkan kelompok lainnya.

Di sisi lain, Pakistan menghadapi kesenjangan yang lebih signifikan. Partisipasi remaja perempuan di tingkat SD berkisar 61-62%, jauh di bawah siswa laki-laki yang mencapai 73%. Tingkat melek huruf perempuan juga masih rendah, sekitar 45-50%, dibandingkan laki-laki yang mencapai 69%. Data ini menyoroti urgensi intervensi lebih lanjut untuk meningkatkan kesetaraan pendidikan perempuan di Pakistan.

Pelajar perempuan Indonesia dan Pakistan meraih masa depan cerah melalui pendidikan

Hambatan Utama bagi Pendidikan Perempuan: Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Beberapa faktor kunci yang memengaruhi rendahnya partisipasi pendidikan perempuan di kedua negara:

1. Kemiskinan dan Biaya Hidup

Baik di Indonesia maupun Pakistan, anak perempuan dari keluarga kurang mampu memiliki peluang lebih rendah untuk mengakses pendidikan dasar dibandingkan laki-laki. Seringkali, anak perempuan terpaksa berhenti sekolah karena keterbatasan finansial, seperti biaya transportasi dan kebutuhan hidup yang semakin mahal. Kemiskinan menjadi penghalang utama kesetaraan pendidikan perempuan.

2. Norma Budaya dan Pernikahan Dini

Di Pakistan, sekitar 18% perempuan menikah di bawah usia 18 tahun, yang seringkali memaksa mereka berhenti sekolah lebih awal. Meskipun tingkat pernikahan dini di Indonesia menurun, praktik ini masih terjadi di beberapa daerah, berdampak pada angka putus sekolah perempuan. Norma budaya yang konservatif seringkali memprioritaskan peran domestik bagi perempuan, menghambat akses mereka ke pendidikan.

3. Infrastruktur dan Keamanan Sekolah

Sekitar 40% sekolah di Pakistan kekurangan fasilitas dasar seperti listrik, toilet yang layak, dan air bersih, yang sangat memengaruhi kenyamanan dan kehadiran siswa. Di Indonesia, beberapa daerah 3T juga mengalami kondisi serupa. Kurangnya infrastruktur yang memadai dan kekhawatiran akan keamanan di perjalanan atau di sekolah menjadi hambatan serius bagi pendidikan perempuan.

Hambatan seperti kemiskinan dan norma budaya mempengaruhi akses pendidikan perempuan

Peran Infrastruktur dan Guru Perempuan dalam Meningkatkan Akses

Keterlibatan guru perempuan dalam dunia pendidikan terbukti signifikan dalam meningkatkan akses pendidikan bagi anak perempuan. Di Pakistan, sekitar 70% guru SD adalah perempuan. Demikian pula di Indonesia, mayoritas guru SD adalah perempuan. Kehadiran guru perempuan menciptakan lingkungan belajar yang lebih nyaman dan aman, sehingga mendorong partisipasi perempuan dalam mengakses pendidikan yang layak.

Kebijakan dan Inisiatif Pemerintah: Upaya Nasional

Pemerintah di kedua negara telah meluncurkan berbagai program untuk mendukung kesetaraan pendidikan perempuan:

  • Indonesia telah menerapkan kebijakan pendidikan wajib minimal 12 tahun dan Program Indonesia Pintar (PIP) bagi siswa kurang mampu.
  • Pakistan memiliki kebijakan Right to Education Act yang menjamin pendidikan dasar gratis dan beasiswa khusus bagi siswa perempuan.

Kebijakan ini merupakan langkah penting menuju pendidikan yang lebih inklusif bagi semua.

Kontribusi LSM dan Komunitas: Penggerak Perubahan di Lapangan

Peran organisasi non-pemerintah (LSM) dan komunitas sangat krusial dalam mengisi celah yang tidak terjangkau oleh pemerintah:

  • The Citizens Foundation (TCF) di Pakistan berhasil meningkatkan akses pendidikan perempuan dengan menyediakan sekolah inklusif dan lingkungan belajar digital bagi anak perempuan dari komunitas urban dan pedesaan termiskin.
  • Di Indonesia, organisasi lokal seperti YCAB mendukung pendidikan dan pelatihan vokasional untuk remaja perempuan putus sekolah, memberikan mereka keterampilan hidup dan peluang kerja.

Inisiatif ini membuktikan bahwa kolaborasi lintas sektor sangat efektif dalam memajukan kesetaraan pendidikan perempuan.

kesetaraan-pendidikan-perempuan-indonesia-pakistan

Peluang Kolaborasi Indonesia dan Pakistan

Kolaborasi antara Indonesia dan Pakistan dapat mempercepat kemajuan kesetaraan pendidikan perempuan di kedua negara. Area kolaborasi potensial mencakup:

  • Pertukaran metode pengajaran berbasis gender.
  • Program pelatihan guru sensitif gender.
  • Riset bersama untuk mengevaluasi efektivitas beasiswa perempuan dan pendekatan komunitas.
  • Pemanfaatan platform seperti UNESCO atau D-8 sebagai ruang diskusi kebijakan pendidikan inklusif.

Kolaborasi ini akan memperkuat upaya regional dalam memastikan setiap anak perempuan mendapatkan haknya atas pendidikan.

Kesimpulan: Menuju Pendidikan yang Sejahtera dan Setara

Baik Indonesia maupun Pakistan telah membuat kemajuan signifikan terhadap pendidikan perempuan pada tingkat dasar dan menengah. Namun, hambatan sosial, budaya, ekonomi, dan infrastruktur masih menjadi tantangan utama yang mengakibatkan ketidakseimbangan akses.

Aksi kolektif dari berbagai pihak—pemerintah, masyarakat sipil, dan kerja sama internasional—penting sekali untuk memastikan agar perempuan dapat mendapatkan pendidikan yang sejahtera, layak, dan setara. Dengan komitmen bersama, kesetaraan pendidikan perempuan bukan lagi sekadar harapan, melainkan realitas yang dapat diwujudkan.

Daftar Pustaka

  1. Askari, Anna, Ammad Jawed, dan Salvat Askari. (2023). Women Education in Pakistan: Challenges and Opportunities. International Journal on Woman Empowerment.
  2. Celebrating women’s education: A milestone for Pakistan. (2025, July 26). The Express Tribune.
  3. Indonesia – School enrollment, primary and secondary (gross), gender parity index (GPI). (2019, December 28). Index Mundi.
  4. Yarrow, Noah, dan Rythia Afkar. (2020, December 14). Gender and education in Indonesia: Progress with more work to be done. World Bank’s Blog.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Tidak ada postingan lagi untuk ditampilkan
kesetaraan-pendidikan-perempuan-indonesia-pakistan

Related Post

Lihat Artikel Lainnya