Madumongso merupakan makanan tradisional khas Jawa Timur yang memiliki cita rasa manis, asam, dan legit. Jajanan ini dibuat dari tape ketan hitam yang dimasak bersama gula dan santan hingga mengental seperti jenang. Proses pembuatannya cukup panjang dan membutuhkan ketelatenan, sehingga menjadi simbol ketekunan masyarakat Jawa dalam mengolah bahan pangan lokal.
Dalam beberapa tahun terakhir, madumongso kembali naik daun. Popularitasnya meningkat bukan hanya karena nostalgia kuliner, tetapi juga karena upaya pelestarian budaya oleh berbagai pihak. Bahkan, Pemerintah Kota Madiun telah mengusulkan madumongso sebagai Warisan Budaya Takbenda agar identitas kuliner ini dapat diakui secara resmi.
Asal-Usul Madumongso dan Nilai Budayanya
Madumongso diyakini berkembang di wilayah Ponorogo dan Madiun. Menurut laporan JawaPos Trenggalek, ada versi sejarah yang menyebutkan bahwa jajanan ini tercipta dari kreativitas masyarakat yang merindukan cita rasa kurma, terutama para jemaah haji dari Ponorogo. Mereka menggunakan bahan lokal seperti ketan hitam, santan, dan gula untuk menghasilkan makanan manis yang tahan lama.
Sumber lain menyebutkan bahwa madumongso telah dikenal sejak masa Kerajaan Mataram. Terlepas dari variasi cerita, kehadirannya dalam acara tradisional dan hari raya membuat jajanan ini memiliki nilai budaya yang kuat di Jawa Timur. Hingga kini, madumongso masih sering menjadi hidangan wajib dalam upacara adat dan bingkisan Lebaran.
Proses Pembuatan Madumongso
Fermentasi Ketan Hitam
Menurut Times Indonesia, fermentasi merupakan tahap paling krusial. Ketan hitam dimasak, didinginkan, lalu diberi ragi hingga berubah menjadi tape. Proses ini berlangsung 2–3 hari, menghasilkan aroma khas dan rasa asam alami yang menjadi identitas madumongso.
Memasak Tape dengan Gula dan Santan
Setelah menjadi tape, adonan dimasak bersama gula merah atau gula pasir, santan, dan pandan. Laporan Jawapos menyebut pengadukan harus dilakukan terus-menerus dengan api kecil selama beberapa jam. Hasil akhirnya adalah adonan pekat berwarna gelap dengan rasa legit.
Pendinginan dan Pembungkusan
Setelah matang, adonan didinginkan lalu dibentuk dalam potongan kecil atau digulung. Pembungkus yang paling umum adalah kertas minyak warna-warni, seperti yang banyak digunakan oleh produsen madumongso di Madiun dan Kediri.
Madumongso di Era Modern: UMKM dan Warisan Budaya
Popularitas madumongso terus meningkat, terutama menjelang Lebaran. Antara News melaporkan bahwa permintaan madumongso khas Madiun selalu melonjak pada periode tersebut. Banyak produsen UMKM kewalahan memenuhi pesanan, terutama yang mempertahankan resep turun-temurun.
Pemerintah Kota Madiun bahkan telah mengusulkan madumongso sebagai Warisan Budaya Takbenda. Langkah ini diambil untuk menjaga identitas kuliner tradisional Jawa Timur dan menghindari klaim daerah lain. Upaya ini juga mendorong peningkatan kualitas produksi sekaligus memperkuat posisi UMKM lokal.
Selain versi tradisional, inovasi rasa mulai bermunculan, seperti cokelat, pandan, hingga kopi. Penelitian dari Jurnal SEMAR juga menunjukkan adanya eksperimen varian madumongso berbahan wortel dan sirsak. Inovasi ini dilakukan tanpa meninggalkan bahan dasar utama, yaitu tape ketan.
Madumongso bukan hanya makanan manis, tetapi juga bagian penting dari budaya Jawa Timur. Prosesnya yang panjang dan rasanya yang khas membuat jajanan ini tetap digemari hingga kini. Pelestarian melalui pengusulan Warisan Budaya Takbenda menunjukkan bahwa madumongso memiliki nilai sejarah dan ekonomi yang besar.
Untuk kamu yang ingin tahu lebih banyak tentang kuliner hingga budaya Nusantara lainnya, jangan lupa membaca berita terbaru di PakistanIndonesia.com. Selalu ada informasi menarik dan inspiratif yang sayang untuk dilewatkan.
Kunjungi PakistanIndonesia.com untuk mengikuti perkembangan kuliner, budaya, dan berita nasional setiap hari.
Referensi



