Pakistan mengukir kemerdekaan pada 14 Agustus 1947, setelah Inggris membagi wilayah Britania Raya menjadi dua negara. Kemerdekaan ini merupakan buah dari perjuangan panjang yang dipimpin oleh Muhammad Ali Jinnah dan Liga Muslim, yang gigih menuntut negara terpisah untuk umat Islam. Gagasan ini juga didukung oleh pemikiran Sayyid Ahmad Khan, yang menyuarakan kekhawatiran akan marginalisasi umat Islam dalam India yang didominasi Hindu.
Tokoh-tokoh kunci ini memainkan peran vital dalam membentuk dan mengembangkan negara Pakistan. Mari kita selami lebih jauh dedikasi dan kontribusi besar mereka.
Lahirnya Pakistan: Migrasi Massal dan Luka Sejarah
Setelah kemerdekaan dari Inggris, proses pemisahan berlangsung sangat cepat dan penuh gejolak. Dalam waktu singkat, terjadi migrasi massal terbesar dalam sejarah, di mana lebih dari 10 juta orang berpindah antara India dan Pakistan. Migrasi ini diwarnai kekerasan sektarian brutal antara komunitas Hindu dan Muslim, meninggalkan luka sejarah yang mendalam bagi kedua negara. Peristiwa ini juga menjadi titik awal hubungan yang tegang antara India dan Pakistan, yang memuncak pada konflik pertama.
Konflik Kashmir: Akar Permusuhan India-Pakistan
Konflik pertama India-Pakistan pecah pada tahun 1947-1949 karena sengketa di wilayah Kashmir. Daerah ini memiliki penduduk mayoritas Muslim, tetapi diperintah oleh seorang raja Hindu, Maharaja Hari Singh, yang ragu untuk bergabung dengan India atau Pakistan. Sengketa ini menjadi bara api yang terus membakar hubungan kedua negara hingga kini.
Muhammad Ali Jinnah: Arsitek Pakistan dan Pejuang Persatuan
Muhammad Ali Jinnah, yang kemudian menjadi Presiden Liga Muslim, memainkan peran sentral dalam mewujudkan persatuan umat Islam dan Hindu pada awalnya. Salah satu usahanya yang paling signifikan adalah Perjanjian Lucknow 1916, sebuah perundingan penting yang bertujuan menyatukan kedua komunitas.
Jinnah sangat meyakini bahwa struktur politik dan konstitusional Pakistan harus didasarkan pada prinsip-prinsip Islam. Dalam sesi Liga Muslim Seluruh India di Lucknow pada tahun 1916, ia menyatakan, “Tidak ada orang di dunia ini yang sangat demokratis, bahkan dalam agama mereka, selain orang Muslim.” Ia percaya bahwa demokrasi adalah karakteristik paling menonjol dari masyarakat Muslim.
Sebagai bagian dari usahanya menyatukan Hindu dan Muslim, ia mengusulkan daerah pemilihan terpisah dan ketentuan ini tercantum dalam undang-undang dasar India yang akan disusun. Ia menegaskan bahwa India tidak akan diperintah oleh umat Hindu atau Muslim semata, tetapi oleh rakyat India secara bersama-sama.
Namun, seiring berjalannya waktu, Jinnah menyadari betapa sulitnya menyatukan pandangan antara golongan Islam dan Hindu. Ia melihat bagaimana kaum Hindu kerap memanfaatkan posisi mayoritas mereka untuk kepentingan sendiri, terutama terlihat jelas dalam Konferensi Meja Bundar (1930-1932). Kegagalan konferensi ini untuk menjamin hak-hak kaum Muslim di India semakin memperkuat keyakinannya akan perlunya negara terpisah.
Pandangan ini semakin menguat pada pemilihan daerah di India tahun 1937, di mana Liga Muslim tidak memperoleh suara signifikan, sementara Partai Kongres meraih kemenangan besar. Kekalahan ini membuat Liga Muslim tidak lagi diindahkan oleh Partai Kongres, bahkan ketua Partai Kongres sempat menyatakan bahwa di India hanya ada dua kekuatan politik: Partai Kongres dan pemerintahan Inggris.
Meskipun memiliki perbedaan pandangan politik, Muhammad Ali Jinnah dan Mahatma Gandhi adalah sahabat besar dan sama-sama aktif di Kongres Nasional India. Keduanya memiliki tujuan yang sama: memerdekakan India dari cengkeraman kolonialisme Inggris. Namun, meskipun misi mereka sama, perpecahan internal kerap timbul dalam kisah perjuangan mereka.
Muhammad Iqbal: Filosof, Penyair, dan Bapak Spiritual Pakistan
Selain Muhammad Ali Jinnah, Muhammad Iqbal adalah tokoh sentral lainnya yang dikenal sebagai Bapak Spiritual Pakistan. Beliau adalah seorang pembaharu, sastrawan, politikus, reformis, ahli hukum, dan filosof yang mencurahkan bakatnya untuk mengembalikan kejayaan Islam dan mewujudkan cita-cita mendirikan negara Islam. Sebagai presiden Liga Muslim, ia mengemukakan gagasan bagi kaum Muslim untuk mendirikan negara Islam yang terpisah dari negara Hindu, sebuah cikal bakal berdirinya Pakistan.
Lahir di Sialkot, Punjab, India pada tahun 1877, Iqbal tumbuh dalam situasi penjajahan Inggris. Ayahnya, Muhammad Nur, seorang pengikut ajaran tasawuf yang taat, mengajarkan bahwa Al-Qur’an adalah sumber hukum Islam paling utama, berisi akidah, akhlak, hukum, kisah umat terdahulu, dan ajaran moral. Bimbingan intensif dalam bidang agama ini menanamkan roh Islam yang kuat dalam diri Iqbal.
Dibawah bimbingan ayahnya dan guru spiritualnya, Mir Hasan, Iqbal tumbuh menjadi pemuda yang taat dan kritis. Hasan melihat kelebihan pada diri Iqbal dan terus memompa semangatnya agar menjadi ahli dalam bidang hukum Islam. Iqbal menempuh pendidikan di Lahore, meraih gelar Magister Filsafat, Bahasa Arab, dan Sastra Inggris pada tahun 1897, serta Master of Art pada tahun 1899.
Pada tahun 1905, Iqbal berangkat ke Inggris untuk belajar filsafat dan hukum di Universitas Cambridge London, kemudian melanjutkan studi di Eropa selama tiga tahun. Ia meraih gelar doktor di bidang filsafat dari Universitas Munich, Jerman. Setelah itu, ia sempat menjadi dosen filsafat sebelum beralih profesi menjadi pengacara.
Karya monumentalnya, “The Reconstruction of Religious Thought in Islam”, menunjukkan penguasaannya terhadap pemikiran Eropa, termasuk teologi Thomas Aquinas dan filsafat Henri Louis Bergson. Iqbal percaya bahwa pola pikir Barat tidak selamanya negatif; ada nilai-nilai positif yang bisa dikembangkan demi kemajuan dan kejayaan Islam.
Fazlur Rahman: Intelektual Pembaharu Pemikiran Islam
Fazlur Rahman adalah seorang intelektual Pakistan lainnya yang memberikan kontribusi besar melalui karya-karyanya. Di antara banyak karyanya, “Prophecy in Islam: Philosophy and Orthodoxy” merupakan salah satu yang paling penting di masa pembentukan Pakistan. Karya-karya pemikirannya, yang merupakan hasil penelitian dan studi kritisnya tentang sejarah pengetahuan dan pendidikan agama Islam dari masa lalu hingga sekarang, menjadi referensi penting.
Warisan Perjuangan: Inspirasi untuk Generasi Kini
Perjuangan para tokoh Islam ini untuk mendeklarasikan kemerdekaan Pakistan sebagai negara yang berdasarkan Islam memberikan dampak positif terhadap perkembangan Islam di masa sekarang. Pemikiran mereka tentang pendidikan Islam bahkan menjadi referensi bagi pendidikan Islam di negara lain, termasuk Indonesia.
Intisari dari perjuangan ini adalah bahwa kemerdekaan bukanlah hal yang mudah didapat. Diperlukan para tokoh inspiratif yang rela mendedikasikan diri mereka dengan menuntut ilmu, menciptakan karya intelektual, serta berjuang melawan penjajah. Semangat ini patut dicontoh oleh generasi masa kini untuk menjadikan suri teladan, membangun bangsa baik melalui karya maupun pengabdian yang dapat memajukan negeri di kemudian hari.
Sumber Referensi:
- Awang Dhani Armansyah dan Akbar Nur Aziz. (2020). Perkembangan Tokoh dan Agama Islam di Pakistan. Jurnal Studi Islam dan Kemuhammadiyahan, 3(1), 25-38. Link Jurnal
- Dunia Historiografi. (n.d.). The Founding Father Pakistan. YouTube.
- Tokoh dan Pemikiran Muhammad Iqbal, Gerakan Pembaharuan Islam. (n.d.). YouTube.