Suara Mistis Sarangi Pakistan: Warisan Musik yang Hampir Punah Tapi Kembali Dihidupkan

Suara Mistis Sarangi Pakistan: Warisan Musik yang Hampir Punah Tapi Kembali Dihidupkan

Harmoni sarangi Pakistan menggema di tengah senja budaya tradisional. Sumber gambar: AFP/Aamir Qureshi

Bagikan

Suara khas alat musik gesek bernama Sarangi Pakistan telah lama menjadi bagian penting dari identitas budaya negeri tersebut. Alunan nadanya yang menyerupai suara manusia membuatnya dikenal sebagai salah satu instrumen paling emosional dalam musik klasik Pakistan. Namun, di balik keindahannya, sarangi kini menghadapi ancaman kepunahan akibat berkurangnya peminat dan minimnya regenerasi pemain.

Di kota-kota besar seperti Lahore dan Karachi, suara sarangi semakin jarang terdengar di panggung-panggung musik. Meski begitu, sejumlah musisi muda dan lembaga seni mulai bergerak untuk menghidupkan kembali instrumen ini, memadukannya dengan gaya musik kontemporer tanpa menghilangkan nilai tradisi yang melekat.


Sejarah Panjang dan Filosofi Sarangi Pakistan

Sarangi diyakini berasal dari subbenua India pada abad ke-17, kemudian berkembang menjadi bagian integral dari musik klasik di wilayah Pakistan. Menurut laporan Dawn News (2022), sarangi menjadi alat pengiring utama dalam musik qawwali dan ghazal, terutama di Punjab dan Sindh. Suara sarangi kerap digunakan untuk menirukan ekspresi vokal manusia, menghadirkan kesan melankolis yang dalam.

Selama masa kejayaan Radio Pakistan pada 1960-an hingga 1980-an, sarangi banyak diperdengarkan oleh maestro seperti Ustad Allah Rakha dan Ghulam Sabir. Namun seiring modernisasi dan munculnya alat musik elektronik, peran sarangi mulai tersisih. Seperti dilaporkan oleh Dawn News (2022), banyak pengrajin dan pemain sarangi di Lahore beralih profesi karena sulitnya mencari nafkah dari musik tradisional.


Struktur dan Keunikan Suara Sarangi Pakistan

Sarangi dibuat dari satu blok kayu shisham (kayu jati India) dengan kulit kambing di bagian resonator. Alat ini memiliki tiga senar utama dan sekitar 35-40 senar resonansi (sympathetic strings) yang menghasilkan suara lembut dan bergetar. Menurut laporan AFP via Dawn News (2022), konstruksi rumit dan teknik permainan menggunakan kuku membuat sarangi menjadi instrumen yang sangat sulit dipelajari.

Pemain sarangi memegang busur (bow) dengan tangan bawah dan menekan senar menggunakan kuku, bukan bantalan jari. Teknik ini memberikan fleksibilitas dalam menghasilkan nada mikrotonal yang kompleks — salah satu ciri khas musik klasik Asia Selatan.


Tantangan dan Upaya Pelestarian Sarangi Pakistan

Meski hampir punah, harapan belum sepenuhnya padam. Dawn News (2022) mencatat kebangkitan minat terhadap sarangi di kalangan musisi muda Pakistan, terutama di Karachi dan Islamabad. Beberapa di antaranya mencoba menggabungkan suara sarangi dengan musik jazz, pop, hingga film score modern.

Selain itu, sejumlah lembaga seperti Lok Virsa Museum di Islamabad telah mengadakan lokakarya dan konser tahunan bertema “Save the Sarangi”. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan memperkenalkan alat musik klasik kepada generasi baru, tetapi juga mengajarkan teknik pembuatan dan permainan tradisional yang mulai langka.

Dari sisi komunitas, para maestro senior seperti Ustad Fida Hussain dan Ghulam Haider aktif memberikan pelatihan gratis kepada murid-murid di Lahore. Dukungan dari pemerintah dan media diharapkan dapat memperluas eksposur sarangi agar tidak sekadar menjadi artefak museum.


Relevansi Sarangi di Era Modern

Sarangi kini mulai muncul dalam komposisi film Pakistan, iklan televisi, hingga proyek kolaborasi lintas budaya. Menurut Dawn News (2022), generasi baru mulai melihat sarangi bukan sekadar alat musik tradisional, tetapi sebagai simbol identitas nasional. Perpaduan antara suara klasik dan teknologi digital membuka jalan baru bagi keberlangsungan alat musik ini.

Namun, tanpa dukungan pendidikan formal dan regenerasi pemain, sarangi Pakistan tetap berisiko kehilangan tempatnya dalam lanskap musik global. Diperlukan sinergi antara seniman, lembaga budaya, dan media untuk menjaga agar suaranya tidak hilang ditelan zaman.


 

Sarangi Pakistan bukan hanya instrumen musik, tetapi juga saksi perjalanan sejarah dan spiritualitas masyarakat Pakistan. Melalui upaya pelestarian yang konsisten, harapannya suara lembut sarangi dapat terus menggema di panggung-panggung lokal maupun internasional.

Jangan lewatkan berita dan kisah budaya menarik lainnya di PakistanIndonesia.com, tempat di mana seni, tradisi, dan persaudaraan antara dua negara terus hidup dan berkembang.

Referensi:

Ayo Menelusuri