Dari Laptop Bekas, ke Jalan Berbatu, Demi Sebuah Mimpi yang Besar
Di sebuah kampung kecil di Provinsi Punjab, Pakistan, suara adzan berkumandang di tengah udara pagi yang dingin. Di jalan tanah berbatu, tampak seorang gadis muda bernama Fatima (nama samaran) sedang membuka laptop bekas yang diberikan oleh sebuah program komputer komunitas. Laptop itu bukan barang mewah di sana, tapi “gerbang” menuju dunia yang selama ini terasa jauh.
Fatima duduk di serambi rumah, dengan sambungan internet hotspot dari ponsel tokoh masyarakat, mulai mengikuti kursus HTML dan CSS secara daring. Sebelumnya, ia membantu keluarga di ladang, mengurus kambing, dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Namun kini, setiap malam setelah shalat Maghrib, ia menyalakan laptop dan mulai belajar menulis kode.
Kisah ini diangkat oleh Internet Society sebagai contoh bagaimana community networks dapat membuka akses internet di wilayah pedesaan Pakistan dan mendorong inklusi digital.
“Awalnya saya takut membuka laptop sendiri,” kata Fatima. “Tapi ketika saya membuat halaman web pertama saya dan melihatnya tampil di browser, rasanya seperti saya punya dunia sendiri.” Dia bukan satu-dua orang — makin banyak perempuan di desa yang mulai menerobos batas.
Kenapa Momen Ini Sangat Penting

Kesenjangan gender dalam penggunaan teknologi masih nyata di Pakistan, terutama di area pedesaan. Menurut data, akses internet dan kepemilikan perangkat digital bagi perempuan di daerah terpencil jauh tertinggal dibandingkan laki-laki. Sebuah program resmi dari pemerintah Punjab pada Maret 2025 mengumumkan pelatihan IT untuk 27.000 perempuan pedesaan, lengkap dengan beasiswa, komputer desktop, dan perangkat WiFi setelah pelatihan.
Program ini tak hanya memberikan skill teknis, namun membuka peluang agar perempuan dari desa bisa bekerja remote, jadi freelancer, atau membuka usaha digital dari rumah. Bayangkan: seorang perempuan di desa yang selama ini terbatas aktivitasnya karena mobilitas atau norma, kini bisa “coding dari rumah” dan terhubung ke pasar global, sebuah perubahan besar.
Untuk generasi muda yang gemar teknologi, cerita ini sangat relatable: walaupun koneksi lambat, perangkat seadanya, tetapi dengan komunitas dan kemauan, jalur menuju teknologi terbuka. Fatima adalah bukti nyata bahwa tidak harus di kota besar untuk menjadi bagian dari dunia digital.
Apa yang Memungkinkan Perempuan dari Desa Jadi Programmer?
- Akses koneksi & ruang fisik aman.
Di Danyor, wilayah Gilgit (Pakistan utara), hadir lab komputer khusus perempuan, bernama Shaheen I‑Tech Lab, yang menawarkan akses gratis untuk perempuan setempat. “Opportunities become available when you become globally interconnected,” ujar co-founder mereka. - Materi pembelajaran kontekstual & fleksibel.
Kursus yang diadaptasi untuk kondisi lokal, modul singkat, dapat diunduh offline, waktu belajar fleksibel, membuat perempuan di desa bisa ambil bagian meskipun cuma pakai ponsel atau laptop bekas. - Mentor dan komunitas peer-support.
Belajar sendirian di kampung bisa bikin takut atau ragu. Tapi kalau ada mentor perempuan, komunitas “learning squad”, dan peer-group, maka rasa percaya diri tumbuh. - Jalur ke pasar kerja digital atau penghasilan.
Belajar coding bukan hanya untuk “skill tambahan”, banyak program yang memfasilitasi freelancing atau remote-job setelah pelatihan. Ini membuat kursus memberi hasil nyata.
Dari Null ke Freelance Coding
Kisah Fatima yang disebut di atas: setelah 6 bulan belajar CSS/HTML + kursus gratis di lab desa, ia membuat website sederhana untuk usaha kecil tetangga. Dengan portofolionya, ia mulai menerima klien freelance (US $30–50 per proyek), sangat besar dibanding opsi lokal yang biasa (PKR 200/hari).
Kisah ini menunjukkan bahwa perubahan kecil tapi nyata bisa terjadi: dari “tidak ada koneksi” → “laptop bekas + lab komuniti” → “skrip pertama saya selesai” → “klien pertama saya”.
Dan yang paling menarik: ketika ibu-ibu tetangga melihat Fatima belajar tiap malam, mereka jadi tertarik juga, membuka jalur multi-generasi.
Hambatan yang Masih Harus Dilewati

- Konektivitas & perangkat terbatas. Banyak peserta pelatihan masih menggunakan ponsel lama atau komputer lama, hal ini memerlukan adaptasi modul dan komunitas lokal yang fleksibel.
- Stereotip sosial dan norma tradisional. Di beberapa area, perempuan masih diberitahu “coding bukan bidang perempuan” atau “lebih baik menikah dan jadi ibu rumah tangga”. Studi menunjukkan bahwa 60 % perempuan ternyata menghadapi tekanan sosial untuk tidak masuk bidang tech.
- Karier jangka panjang dan senior leadership masih sedikit. Meskipun banyak perempuan baru masuk tech, peran senior developer atau manajer teknis masih kuat didominasi laki-laki. Sebuah diskusi Reddit menyebut:
“I have rarely come across a female senior developer… after 5-6 years there is another developer who is a girl in the team.”
Namun justru karena hambatan ini, kemenangan mereka terasa lebih inspirasional.
Rekomendasi Praktis untuk Kamu yang Tertarik Untuk Memulai

- Cari program lokal/online yang gratis atau bersubsidi untuk perempuan belajar coding.
- Mulailah dengan proyek kecil: buat “website untuk tetangga”, “app sederhana untuk komunitas”, atau “portfolio online”.
- Bentuk atau ikut komunitas peer-group: belajar berdua atau tiga-tiga jadi lebih ringan.
- Gunakan perangkat seadanya: laptop bekas, ponsel layar besar, atau lab komunitas. Konsistensi lebih penting dari perangkat super mahal.
- Pantau job platform freelancing remote: skill coding bisa jadi sumber penghasilan dari mana saja.
Jadi, kalau kamu sedang menatap layar malam ini dan berpikir “apa bisa aku dari kota kecil atau desa belajar coding?” jawabannya: ya, bisa banget. Cerita perempuan programmer dari desa-terpencil Pakistan membuktikan hal itu. Mereka memulai dengan laptop bekas, belajar di labor komunitas, lalu membuat kode pertama mereka dengan tangan gemetar — dan kini mereka memenuhi panggilan remote job dengan bangga.
Kamu bisa mulai besok, malam ini, atau dalam lima menit—karena yang penting bukan sekadar perangkat, tapi kemauan dan langkah kecil pertama. Ingat: bukan hanya tentang menulis kode. Ini tentang menulis bab baru dalam hidupmu.
Kalau kamu ingin, saya bisa juga bantu mencari daftar program pelatihan coding gratis untuk perempuan di Pakistan (dengan opsi internasional ikut) agar kita bisa “ikut” atau “terhubung” di komunitas global. Mau?
Sumber Referensi:
“Girls in Rural Pakistan Are Tackling Inequality Using the Internet” – Internet Society.
https://www.internetsociety.org/issues/community-networks/success-stories/tackling-inequality-using-the-internet/
“Women and digital literacy” – The Tribune Pakistan.
https://tribune.com.pk/story/2523580/women-and-digital-literacy
“Meet the Women Building Pakistan’s Civic Future” – Code for Pakistan.
https://codeforpakistan.org/web/newsletters/2025/meet-the-women
“Code and Courage: How Women are Reshaping Pakistan’s Tech Landscape” – Aaj Pakistan.
https://aajpakistan.com/code-and-courage-how-women-are-reshaping-pakistans-tech-landscape/
“Tech Lab Connects Pakistani Women to the World” – Girls’Globe.
https://www.girlsglobe.org/2018/06/07/tech-lab-connects-pakistani-women-to-the-world/
“Govt vows rural women’s IT empowerment” – The Tribune.
https://tribune.com.pk/story/2535914/govt-vows-rural-womens-it-empowerment



