Dari Ladang Hingga Startup: Blockchain Menyapu Akar Rumput di Pakistan

Bayangkan suasana sebuah gudang jagung di Punjab. Truk-truk berderet, petani menimbang hasil panen, dan seorang operator muda memindai kode QR di karung. Data yang muncul di layar ponsel bukan sekadar angka, melainkan riwayat perjalanan jagung itu sejak ditanam. Semua tercatat di blockchain.
Beberapa ratus kilometer jauhnya, di Karachi, sekelompok anak muda dari startup fintech sedang mengembangkan aplikasi micro-finance berbasis blockchain untuk pedagang kaki lima. Tujuannya sederhana: memotong birokrasi dan memberikan akses pinjaman mikro yang transparan.
Saat banyak orang masih menganggap blockchain hanyalah urusan “kripto dan spekulasi”, Pakistan diam-diam menulis bab baru dalam revolusi digitalnya sendiri. Di desa, teknologi ini membantu petani kecil terhindar dari tengkulak. Di kampus, mahasiswa LUMS berkolaborasi dengan bank besar membangun platform riset blockchain untuk sektor keuangan. Di kota besar, startup mulai merancang solusi transparansi rantai pasok.
Dengan lebih dari 60% penduduk di bawah usia 30 tahun, Pakistan punya tenaga muda yang tak hanya jadi pengguna teknologi, tapi juga pencipta solusi. Mereka sedang menulis ulang definisi “ekonomi digital” dengan semangat: teknologi bukan milik elit, tapi alat untuk keadilan ekonomi dari akar rumput.
Antara Peluang dan Kehati-hatian
Dalam beberapa tahun terakhir, Pakistan mulai menata arah kebijakan digitalnya. Pada Mei–Juni 2025, dibentuklah Pakistan Crypto Council (PCC), forum strategis yang merumuskan arah regulasi untuk cryptocurrency dan aset digital.
Langkah itu kemudian diperkuat oleh Pakistan Virtual Asset Regulatory Authority (PVARA) yang diumumkan pada Juli 2025. PVARA berperan sebagai badan independen untuk melisensi dan mengawasi Virtual Asset Service Providers (VASPs), termasuk startup blockchain lokal dan global yang ingin beroperasi di Pakistan.
Namun, prosesnya belum sepenuhnya selesai. Ada “zona abu-abu” yang masih menyisakan pertanyaan hukum, terutama soal legalitas transaksi kripto tertentu. Tapi di balik itu, ada sinyal jelas bahwa pemerintah Pakistan tidak menolak inovasi. Mereka hanya ingin memastikan teknologi ini berkembang dengan aman, transparan, dan sesuai prinsip keuangan syariah yang kuat di negara tersebut.
Bagi pengusaha dan pendiri startup, kondisi ini berarti dua hal: peluang besar dan tanggung jawab tinggi. Peluang untuk menjadi pionir di sektor yang baru terbuka, dan tanggung jawab untuk membangun sistem yang aman, terpercaya, dan inklusif.
Potensi Bisnis: Dari Crypto ke Agritech

Potensi bisnis blockchain di Pakistan begitu luas, dan uniknya, banyak yang justru muncul dari kebutuhan dasar masyarakat.
Sektor agrikultur, misalnya, yang menyerap lebih dari 40% tenaga kerja, kini menjadi lahan subur untuk adopsi blockchain. Teknologi ini membantu memastikan traceability (ketertelusuran produk), mengoptimalkan supply chain, hingga memungkinkan pembayaran mikro antar petani dan pembeli global.
Selain itu, karena infrastruktur digital di banyak wilayah masih berkembang, Pakistan justru punya peluang untuk leapfrog, langsung melompat ke sistem modern tanpa harus membangun ulang dari nol. Startup lokal bisa langsung mengadopsi blockchain untuk logistik, kesehatan, atau e-commerce tanpa “beban sistem lama”.
Dengan regulasi yang mulai terbuka, negara ini pun menjadi magnet bagi investasi asing. Pemerintah bahkan sudah mengumumkan alokasi listrik surplus untuk bitcoin mining dan data center berbasis AI sebagai bagian dari strategi ekonomi digital nasional.
Bagi Gen Z Pakistan, ini bukan cuma kabar baik, ini undangan untuk ikut membangun masa depan. Dunia sedang melihat Asia Selatan, dan Pakistan punya panggungnya sendiri. Jika kamu punya ide blockchain untuk sektor finansial, agrikultur, atau identitas digital, sekaranglah waktunya.
LUMS & Bank Besar Meluncurkan CeDAR

Awal 2025 menandai tonggak besar bagi teknologi blockchain Pakistan. Lahore University of Management Sciences (LUMS) bersama sejumlah bank besar nasional meluncurkan CeDAR (Center for Digital Assets and Research), platform riset dan pilot project yang menghubungkan akademia, industri, dan pemerintah.
Bayangkan suasana ruang laboratorium di LUMS: mahasiswa muda, ekonom senior, dan insinyur finansial berdiskusi tentang bagaimana blockchain bisa membuat sistem perbankan lebih inklusif. CeDAR bukan sekadar laboratorium digital, tapi juga “melting pot” ide untuk menciptakan solusi nyata , dari smart contracts syariah hingga sistem audit digital.
Tak berhenti di sana, pada 2 Juni 2025, Pakistan Communications Commission (PCC) membentuk komite teknis khusus untuk menyusun kerangka hukum bagi aset digital dan virtual. Langkah ini menunjukkan bahwa Pakistan tak lagi bermain aman di pinggir lapangan, mereka sudah masuk ke arena utama inovasi global.
Dengan dukungan riset, kolaborasi lintas sektor, dan generasi muda yang haus akan perubahan, Pakistan sedang membangun “ekosistem blockchain” yang orisinil dan inklusif. Bukan hanya untuk bersaing, tapi untuk menjadi contoh bahwa inovasi bisa datang dari mana saja, bahkan dari tengah Asia Selatan.
Sumber Referensi
- The Nation – Blockchain Regulation in Pakistan (2025) https://www.nation.com.pk/
- LUMS Official – CeDAR Launch Announcement (2025) https://www.lums.edu.pk/
- Reuters – Pakistan’s Digital Economy and Agritech Development (2025) https://www.reuters.com/
- Dawn News – Virtual Asset Regulatory Framework Pakistan (2025) https://www.dawn.com/



