Bayangkan kamu sedang duduk di sebuah kafe di Lahore atau Karachi, kopi hangat, WiFi kencang, dan di meja sebelah dua teman muda sedang berdiskusi tentang startup mereka. Mereka tidak hanya berbicara soal aplikasi atau gim; mereka berbicara tentang impian, membangun sesuatu yang bermakna, sesuatu yang bisa mengubah hidup mereka dan yang lain. Inilah sisi yang sering kurang terlihat ketika kita membaca angka atau laporan bisnis.
Di negara dengan lebih dari 240 juta jiwa, dimana 65 % penduduknya berusia di bawah 30 tahun, Pakistan memiliki potensi demografis besar untuk inovasi. Konektivitas digital juga semakin membaik, mendukung munculnya budaya startup dan kreator muda yang haus akan perubahan.
Tapi… seperti semua kisah besar, ada juga sisi gelapnya. Tantangan: akses modal terbatas, regulasi yang belum matang, infrastruktur yang masih tersebar. Di sinilah cerita Pakistan menjadi menarik untuk diikuti, karena ia bukan hanya soal keberhasilan cepat, tapi tentang ketahanan, pivots, dan pembentukan pondasi jangka panjang.
Momentum “Bangkitnya” Startup Pakistan
![]()
Mari kita telusuri titik-awal yang menjadi pemantik. Antara tahun 2015 hingga 2022, ekosistem startup Pakistan mencatat pertumbuhan yang mengesankan.
- Sejak 2015 hingga sekarang, startup di Pakistan telah mengumpulkan lebih dari USD 1 miliar melalui sekitar 386 kesepakatan (deals).
- Dalam laporan 2024 oleh Invest2Innovate (i2i), startup-funding di Pakistan menurun signifikan dari USD 355 juta di 2022 menjadi USD 37 juta di 2024 (hingga November).
- Meski menurun, laporan juga menyoroti bagaimana ecosystem “beralih modus” dari pertumbuhan agresif ke model yang lebih berkelanjutan dan matang.
Jadi ya , di satu sisi kita melihat “boom” teknologi, di sisi lain kita melihat koreksi yang keras. Tapi koreksi ini bukan berarti kegagalan; justru bisa jadi langkah menuju fondasi yang lebih kokoh.
Kenapa Pakistan Menjadi “Hotspot” Startup?
Beberapa elemen utama membuat Pakistan jadi tempat yang menarik untuk startup, dan ini terasa sangat relatable bila kamu generasi muda yang ingin bikin sesuatu di “negara emerging”.
a) Demografi Muda & Kreativitas
Generasi muda yang besar, penuh ide, dan semakin melek teknologi. Mereka bukan hanya konsumen digital, mereka adalah pembuat. Inilah bahan bakar asli ekosistem startup.
b) Konektivitas Digital yang Terus Meningkat
Internet makin mudah, smartphone makin banyak. Contohnya, ekspor jasa TI Pakistan naik 23.7% menjadi USD 2.825 miliar antara Juli–Maret FY2025. Ini membuka peluang bagi startup yang berbasis digital dan global.
c) Dukungan Pemerintah & Kebijakan Awal
Program-program seperti proyek “e-Rozgaar” yang menargetkan 250 pusat kewirausahaan hingga 2027 menunjukkan bahwa ada upaya sistemik untuk mengembangkan ekosistem startup.
d) Kasus Nyata: Startup “Bintang”
Beberapa startup Pakistan telah menonjol global:
- Tajir : Membantu ribuan pengecer kecil dengan aplikasi B2B.
- SadaPay : Fintech mobile-first yang menyasar pekerja lepas & ekspat.
- Bazaar Technologies : Memberdayakan bisnis mikro lewat e-commerce dan fintech.
Mereka membuktikan bahwa solusi lokal yang benar-benar menyelesaikan masalah lokal bisa punya daya tarik regional bahkan global.

Oke, saatnya kita masuk ke bagian yang tidak disorot di banyak artikel glamor. Karena memahami tantangan berarti kita juga lebih realistis, dan itu membuat kisahnya makin kuat dan relatable.
a) Pendanaan yang Menipis
Startup Pakistan mengalami penurunan dana yang signifikan. Contoh: Q3 2025 hanya tercatat USD 15.2 juta dari 6-deal publik, turun dari USD 58 juta di Q2.
Jadi kalau kamu pernah berpikir “ayo berdiri startup dan investor akan muncul”, kenyataannya di Pakistan saat ini butuh usaha ekstra keras, bukan hanya ide.
b) Infrastruktur dan Regulasi yang Terbatas
Meski konektivitas membaik, masih ada masalah: wilayah di luar kota besar masih tertinggal, regulasi digital dan startup sering berubah, dan banyak founder harus bergulat dengan birokrasi.
Bahkan dari komunitas developer:
c) Kebiasaan “Skala Cepat” vs “Sustainabilitas”
Banyak startup sempat fokus ke “growth dulu”, lalu ternyata tantangannya hitam-putih: biaya tinggi, model bisnis belum matang, dan pendanaan kering. Eiffel akhirnya pukul alarm:
d) Persaingan Internasional & Tantangan Lokal
Startup Pakistan tidak hanya bersaing di lokal, tapi juga bersaing global. Dan ketika ekonomi makro negara sedang tidak stabil, beban jadi lebih berat.

Trukkr dan Model Hybrid Funding
Salah satu kisah paling menarik datang dari Trukkr, startup logistik Pakistan. Pada Q3 2025, mereka meraih USD 10 juta lewat pendanaan hybrid (equity + debt).
Langkah ini menjadi simbol kebangkitan baru, startup yang beradaptasi, bukan menyerah.
Pendekatan hybrid ini memberi ruang bagi pendanaan yang lebih fleksibel, seperti yang juga dilakukan BusCaro (USD 2 juta) dan ScholarBee (USD 350 ribu).
Kenapa ini jadi penting bagi kita :
- Model hybrid memberi opsi berbeda: bukan hanya “VC atau bust”, tapi bisa kombinasi equity + debt atau convertible notes. Sebagai contoh kecil: startup BusCaro USD 2 juta, ScholarBee USD 350 k.
- Menunjukkan bahwa sektor-sektor baru (logistik, fintech, Web3) mulai mendapatkan perhatian. Jadi kalau kamu punya ide yang bukan “Aplikasi X” saja, kesempatan masih terbuka.
- Tapi juga mengingatkan: “besar dana ≠ sukses otomatis”, model bisnis dan eksekusi tetap kunci.
Apa yang Dibutuhkan dan Kenapa Gen Z Harus Peduli
Kita sudah bicara latar, pendorong, tantangan, dan contoh nyata. Sekarang: apa yang harus dilakukan supaya ekosistem ini bisa benar-benar “jalan”, dan kenapa kamu sebagai generasi muda punya peran besar?
a) Fokus pada Model Bisnis yang Berkelanjutan
Ide bagus saja tidak cukup, banyak startup Pakistan dulu fokus pada ‘skala dulu’ lalu kewalahan. Sekarang: pikirkan bagaimana menghasilkan pendapatan, bagaimana unit economics-nya.
Model yang sustainable akan lebih punya daya tahan.
b) Kolaborasi Antar-Stakeholder
Pemerintah, universitas, investor, angka-talenta, semuanya harus bersinergi. Mahasiswa, kreator, pemuda teknologis: kamu bisa jadi jembatan antara ide dan eksekusi.
c) Eksplorasi Sektor Baru & Suburban
Bukan hanya kota besar seperti Karachi atau Lahore, pasar di wilayah semi-urban atau rural punya banyak gap yang belum diisi. Startup yang bisa menjangkau sana punya “ruang putih” besar.
d) Mindset “Builder” bukan hanya “Follower”
Maksudnya: jangan hanya tiru apa yang sudah terjadi di negara maju. Temukan masalah lokal Pakistan (atau analog-nya di Indonesia kalau kamu mau adaptasi), lalu bangun solusi lokal yang unik.
Contoh: banyak dev di Pakistan punya skill tinggi tapi belum terjun karena “model bisnis belum ada”, ini justru peluang.
e) Global Look, Local Action
Startup Pakistan seperti Tajir, SadaPay, Bazaar menunjukkan bahwa dari lokal bisa ekspansi global. Jadi jangan batasi diri dengan “pasar Pakistan saja”, tapi pikirkan bagaimana buatanmu bisa relevan di Asia South, Afrika, atau wilayah emerging lain.
Kenapa Kisah Pakistan Ini Relevan Untuk Kita
Ekosistem startup Pakistan adalah kisah tentang tekad dan ketahanan.
Bukan kisah glamor, tapi tentang bagaimana ribuan anak muda membangun masa depan dengan laptop, ide, dan keyakinan.
Pendanaan boleh menurun, tapi semangatnya meningkat.
Konektivitas boleh belum sempurna, tapi komunitas digital Pakistan sedang membangun sesuatu yang tak bisa dibeli dengan uang: harapan.
Bagi siapa pun di negara berkembang, termasuk Indonesia karena kisah ini adalah pengingat:
bahwa inovasi tidak butuh Silicon Valley, cukup semangat, komunitas, dan satu cangkir teh hangat di malam panjang.
Sumber Referensi



