Menguak Kekuatan Nuklir Pakistan: Arsenal, Strategi, dan Ancaman di Asia Selatan

Uji coba rudal Babur-3, menunjukkan pengembangan kapabilitas nuklir berbasis laut Pakistan untuk penangkalan

Bagikan

Daftar Isi

Pakistan: Satu-satunya Negara Muslim dengan Senjata Nuklir

Pakistan, secara resmi Republik Islam Pakistan, adalah satu-satunya negara berpenduduk mayoritas Muslim yang memiliki senjata nuklir. Kemampuan pertahanan strategisnya ditopang oleh sejumlah rudal andalan yang dirancang untuk jangkauan jauh dan mampu membawa hulu ledak nuklir. Rudal-rudal ini menjadi vital bagi sistem pertahanan nasional Pakistan dan penopang utama keseimbangan kekuatan di kawasan Asia Selatan.

Dilansir dari MissileThreat.com, Pakistan menjadi negara ketujuh di dunia yang secara resmi menguji senjata nuklirnya pertama kali pada 1998. Meskipun detail kekuatannya tidak diketahui pasti, para ilmuwan memperkirakan daya ledaknya berkisar 5 hingga 12 kiloton, dengan beberapa misil balistik jarak jauh berpotensi mencapai 40 kiloton.

Secara strategi, Pakistan menganut prinsip penangkalan perang dengan menunjukkan kesiapan untuk melawan dalam berbagai situasi, termasuk jika terjadi serangan besar. Mereka memiliki senjata nuklir sebagai kekuatan pertahanan untuk mencukupi persediaan agar musuh, terutama India dengan kekuatan militer lebih besar, tidak berani menyerang lebih dahulu.

Pakistan juga berjanji tidak akan menyerang lebih dahulu, selama lawannya bukan negara nuklir.

Baik Pakistan maupun India bukan anggota Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), namun keduanya sepakat dalam perjanjian bilateral untuk tidak menyerang fasilitas nuklir satu sama lain.

Saat ini, Pakistan diperkirakan memiliki sekitar 165 hulu ledak nuklir, menjadikannya negara dengan arsenal nuklir terbesar keenam di dunia. Proses pengembangan senjata nuklir di negara ini masih aktif. Para pakar memperkirakan, pada tahun 2025, jumlah hulu ledak nuklir Pakistan bisa meningkat hingga mencapai 200 unit, berpotensi menempati peringkat kelima global.

Sebagai bagian dari penguatan strategi pertahanan, Pakistan juga mengembangkan sistem penangkalan nuklir berbasis laut. Negara ini telah dua kali berhasil menguji coba rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir dari bawah permukaan laut, yaitu pada Januari 2017 dan Maret 2018.

Jika rudal ini berhasil dioperasikan dari kapal selam, Pakistan akan resmi memiliki kekuatan nuklir triad: kemampuan peluncuran dari darat, laut, dan udara, yang merupakan indikator kemampuan nuklir strategis paling lengkap di dunia.

Pesawat tempur F-16 dan Mirage Pakistan, komponen penting dari kapabilitas serangan udara nuklir

Komponen Udara: F-16 dan Mirage Jadi Andalan Serangan Nuklir Pakistan

Pesawat tempur F-16 milik Pakistan, bersama sejumlah pesawat tempur supersonik sayap Delta seperti Mirage III dan Mirage V, diyakini memiliki kemampuan ganda untuk serangan konvensional maupun nuklir. Ketiga jenis pesawat ini membentuk komponen udara dari kekuatan nuklir strategis Pakistan. Saat ini, sekitar 36 hulu ledak nuklir diperkirakan dialokasikan untuk unit serangan udara.

F-16 tipe A/B maupun versi terbaru C/D, jika telah dilengkapi, kemungkinan besar mampu membawa satu hulu ledak nuklir per pesawat. Sementara itu, sekitar 12 unit pesawat Mirage III/V memiliki jangkauan terbang hingga 2.100 kilometer. Modernisasi armada Mirage juga telah meningkatkan kapabilitasnya, termasuk kemampuan pengisian bahan bakar di udara (in-air refueling).

Sebagai tambahan kekuatan, Pakistan mengembangkan rudal balistik yang diluncurkan dari udara (ALCM) bernama Ra’ad, dengan jangkauan lebih dari 350 kilometer. Rudal ini telah berhasil diuji coba menggunakan pesawat Mirage III. Dalam jangka panjang, armada Mirage direncanakan akan digantikan oleh pesawat tempur JF-17 buatan Tiongkok, meski jadwal pastinya belum resmi diumumkan.

Uji coba rudal Babur-3, menunjukkan pengembangan kapabilitas nuklir berbasis laut Pakistan untuk penangkalan

Komponen Laut: Rudal Babur-3 dan Potensi Penangkalan Berbasis Laut

Babur-3, versi rudal balistik dari rudal Babur-2 yang dapat diluncurkan dari bawah laut, telah dua kali diuji coba oleh Pakistan. Meski demikian, karena masih dalam tahap pengembangan, Pakistan belum secara resmi dianggap memiliki kapabilitas kapal selam peluru kendali balistik (sea-based deterrent).

Sebagai bagian dari upaya penguatan militer, pada akhir 2021 Pakistan menyetujui pembelian delapan kapal selam baru dari Tiongkok yang mampu membawa rudal. Ilmuwan meyakini bahwa rudal Babur-3 kemungkinan besar akan menjadi salah satu sistem persenjataan yang dipasang pada kapal selam tersebut setelah pengembangannya selesai.

Berbagai jenis rudal balistik nuklir Pakistan sebagai bagian dari sistem peluncuran darat

Komponen Darat: 6 Jenis Rudal Balistik Nuklir Aktif dan Rudal Jelajah

Pakistan saat ini mengoperasikan enam jenis rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Sebagian besar arsenal nuklirnya terdiri dari rudal balistik jarak pendek hingga menengah, meski pengembangan rudal jelajah juga menunjukkan kemajuan signifikan. Diperkirakan, sistem peluncur darat Pakistan mencakup sekitar 106 rudal dengan daya ledak berkisar antara 5 hingga 40 kiloton.

Sistem rudal balistik bergerak berbasis darat Pakistan meliputi rudal jarak pendek Abdali, Ghaznavi, Shaheen-1, dan NASR, serta rudal jarak menengah Shaheen-2 dan Ghauri. Dua jenis rudal jarak menengah lainnya, yaitu Shaheen-3 dan Ababeel, masih dalam tahap pengembangan.

Rudal Ababeel diyakini dirancang dengan teknologi MIRV (Multiple Independently Targetable Reentry Vehicle) yang memungkinkan satu rudal membawa beberapa hulu ledak nuklir dengan sasaran berbeda. Namun, kemampuan ini belum berhasil diuji, dan para ahli meragukan Pakistan telah mampu meminiaturisasi hulu ledak nuklir secara efektif—langkah penting dalam penerapan teknologi MIRV.

Gambaran umum kekuatan nuklir Pakistan, termasuk arsenal rudal balistik dan strategi penangkalan di Asia Selatan

Kontroversi Pengembangan Senjata Nuklir Non-Strategis

Upaya Pakistan dalam mengembangkan senjata nuklir non-strategis menuai kritik internasional. Hal ini dinilai dapat menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir dalam konflik, yang berisiko memperbesar kemungkinan eskalasi militer menjadi perang nuklir, khususnya di kawasan Asia Selatan.

Salah satu senjata yang menjadi sorotan adalah rudal balistik jarak pendek NASR (Hatf-9), dengan jangkauan hanya sekitar 60 hingga 70 kilometer. Dengan jangkauan terbatas tersebut, rudal ini tidak mampu mencapai sasaran strategis di wilayah India, dan lebih diarahkan untuk skenario perang taktis di medan pertempuran.

Pada Februari 2021, Pakistan kembali menguji coba rudal balistik jarak pendek lainnya yang mampu membawa hulu ledak konvensional maupun nuklir sejauh 289 kilometer (sekitar 180 mil). Langkah ini dinilai sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat kemampuan respons cepat di level medan perang, namun sekaligus memicu kekhawatiran akan meningkatnya risiko konflik nuklir dalam skala regional.

Referensi: Arms Control Center – Pakistan’s Nuclear Inventory Fact Sheet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Tidak ada postingan lagi untuk ditampilkan
Uji coba rudal Babur-3, menunjukkan pengembangan kapabilitas nuklir berbasis laut Pakistan untuk penangkalan

Related Post

Lihat Artikel Lainnya