Muharram, bulan pertama dalam kalender Hijriah, memiliki makna yang sangat mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia. Layaknya Januari di kalender Masehi, Muharram menandai awal tahun baru yang disambut dengan suasana khidmat dan penuh kegembiraan. Di berbagai negara, perayaan ini diisi dengan beragam kegiatan yang bertujuan untuk memeriahkan dan merefleksikan diri, khususnya dalam memperbaiki kualitas ibadah dan muamalah. Mari kita telusuri perbedaan tradisi perayaan Muharram di dua negara mayoritas Muslim, Indonesia dan Pakistan, yang meskipun berbeda budaya, memiliki esensi yang sama: menyambut bulan mulia dengan penuh pengharapan.
Perayaan Muharram di Indonesia: Pawai Obor dan Dzikir Bersama
Indonesia, dengan kekayaan budayanya, memiliki beragam cara untuk menyambut Tahun Baru Islam. Salah satu tradisi yang paling sering dijumpai adalah pawai obor. Ribuan anak-anak pengajian, baik laki-laki maupun perempuan, mengenakan busana Muslim terbaik mereka, turun ke jalan dengan penuh semangat. Mereka bersorak lantang, melantunkan shalawat dan takbiran yang menggema sepanjang rute pawai, menciptakan suasana kebahagiaan yang menular. Orang dewasa dan orang tua turut mendampingi, membawa makanan ringan dan minuman kemasan untuk bekal para peserta. Petugas keamanan setempat juga berperan aktif menjaga ketertiban dan mengatur lalu lintas, memastikan kelancaran acara.
Perayaan Muharram di Indonesia tidak hanya melibatkan masyarakat umum. Para pemuka agama, tokoh terkemuka, dan pejabat negara, termasuk Presiden dan jajaran kabinetnya, turut serta dalam acara doa dan dzikir bersama. Salah satu lokasi sentral adalah Masjid Istiqlal di Jakarta, masjid negara yang menjadi saksi bisu keheningan dan kekhusyukan malam Muharram. Ribuan warga memadati pelataran masjid, mendengarkan tausiyah dan ceramah dari para pendakwah, kemudian dilanjutkan dengan doa bersama. Dalam suasana syahdu, para jamaah bersimpuh, menengadahkan tangan memohon kepada Tuhan agar Indonesia senantiasa aman, damai, tentram, dijauhkan dari pertikaian, dan rakyatnya sejahtera sentosa.
Perayaan Muharram di Pakistan: Juloos dan Sabeel
Di Pakistan, Muharram dirayakan dengan pawai dan prosesi yang dikenal sebagai juloos. Prosesi ini umumnya diselenggarakan oleh komunitas Syiah, di mana ribuan masyarakat, mayoritas laki-laki, turun ke jalan mengenakan pakaian hitam sebagai simbol duka cita. Mereka diiringi dengan teater jalanan yang menampilkan cerita-cerita dari Pertempuran Karbala, sebuah peristiwa penting dalam sejarah Islam. Para peserta juga membawa replika makam Hussein untuk mengenang kepahlawanannya.
Selain juloos, Pakistan juga memiliki tradisi khusus yang disebut “sabeel”. Ini adalah praktik pembagian minuman gratis kepada para peserta prosesi. Sabeel merupakan bentuk amal dan penghormatan kepada para syuhada Karbala, menunjukkan solidaritas dan kepedulian antar sesama.
Memaknai Tahun Baru Islam: Lebih dari Sekadar Euforia
Meskipun terdapat perbedaan tradisi dalam menyambut bulan Muharram antara Indonesia dan Pakistan, intisarinya tetap sama: niat untuk memperbaiki diri. Tahun baru ini menjadi momentum berharga untuk meningkatkan ketaatan dan menjauhkan diri dari kemaksiatan, agar senantiasa berada di jalan yang lurus. Memaknai Tahun Baru Islam bukan hanya sekadar euforia perayaan, tetapi lebih kepada menjadikan diri pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Sumber referensi :
Dilansir dari youtube rajab,s family yang membuat vlog mengenai perayaan komunitas muslim syiah di pakistan. https://www.youtube.com/watch?v=CtlMJetwMbw
Juga di indonesia dilansir dari kompas.com https://youtu.be/lEW-gYLjxuw?si=Z-mUdQqMuU9PPI_g
Kajian di Istiqlal menyambut Muharram https://m.youtube.com/live/hGJL95c4hSo?si=eC45K4OuQD8MnsHR