Pernikahan di Pakistan bukan sekadar penyatuan dua individu, melainkan perpaduan megah dua keluarga, budaya, dan bahkan dunia. Lebih dari sekadar acara keagamaan, pernikahan Pakistan adalah perayaan sosial yang kaya simbol dan makna mendalam. Rangkaian acara pernikahan tradisional ini berlangsung selama beberapa hari, terbagi menjadi empat tahap utama: Mehndi, Nikah, Baraat, dan Walima. Setiap tahap mencerminkan nilai luhur, emosi yang tulus, dan warisan tradisi yang telah mengakar kuat dalam masyarakat Pakistan.
Mehndi: Pesta Warna Awal Kebahagiaan
Semua bermula dari Mehndi, sebuah malam penuh warna, tawa, dan harapan. Acara ini adalah salah satu tahapan paling dinanti dalam pernikahan Pakistan berkat kemeriahannya yang khas. Umumnya diadakan di kediaman mempelai wanita, Mehndi melibatkan teman dan keluarga dekat yang berkumpul untuk merayakan hari-hari terakhir masa lajang sang pengantin perempuan.
Ciri khas Mehndi adalah pengaplikasian henna (mehndi) pada tangan dan kaki mempelai wanita. Henna dihias dalam pola rumit dan artistik, melambangkan cinta, kesuburan, dan keberuntungan. Ada mitos populer yang mengatakan, semakin gelap warna henna di tangan pengantin, semakin besar cinta dari suaminya, dan semakin baik hubungannya dengan ibu mertua.
Acara ini tidak hanya diisi dengan menghias tangan, tetapi juga nyanyian tradisional (lagu Mehndi), tarian keluarga, hidangan khas, serta canda tawa. Para wanita sering mengenakan busana tradisional berwarna cerah seperti kuning, hijau, oranye, dan merah, merepresentasikan sukacita dan harapan masa depan. Terkadang, acara ini juga diselenggarakan oleh pihak pria, menjadi ajang bagi kedua keluarga untuk mulai saling mengenal lebih dalam.
Nikah: Ikatan Suci Penuh Kesederhanaan
Setelah Mehndi, tibalah prosesi Nikah, yaitu akad nikah dalam Islam yang menjadi inti pernikahan itu sendiri. Dalam budaya Pakistan, Nikah dilakukan dengan khidmat dan penuh kesakralan, umumnya di masjid, aula, atau kediaman keluarga.
Prosesi Nikah mencakup pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an, khutbah nikah, dan ijab kabul di hadapan wali, dua orang saksi, serta seorang imam atau qadhi. Mahar disampaikan oleh mempelai pria sebagai bentuk tanggung jawab dan penghargaan terhadap mempelai wanita. Meskipun acara ini cenderung sederhana dibandingkan Mehndi atau Walima, maknanya sangat mendalam: pernikahan tidak hanya dilihat sebagai kontrak sosial, tetapi juga sebagai ibadah yang menyempurnakan separuh agama.
Dalam beberapa keluarga, Nikah dilakukan secara privat dan diikuti oleh resepsi yang lebih besar. Namun, dalam tradisi lain, Nikah menjadi awal dari serangkaian perayaan panjang yang akan menyusul.
Baraat: Prosesi Megah dari Pihak Pria
Setelah akad dilangsungkan, tibalah Baraat, yaitu rombongan mempelai pria yang datang ke kediaman atau lokasi resepsi pihak wanita. Ini adalah momen yang megah dan semarak, di mana mempelai pria datang layaknya pangeran, diiringi keluarga besar dan sahabatnya. Di beberapa daerah, mempelai pria bahkan datang menunggang kuda atau diarak menggunakan mobil mewah yang dihias bunga dan lampu.
Acara ini menjadi panggung pertemuan formal dua keluarga. Para tamu mengenakan pakaian tradisional terbaik mereka—sherwani bagi pria dan lehenga choli atau saree untuk wanita. Musik tradisional seperti dhol (gendang besar) mengiringi suasana, menciptakan nuansa pesta rakyat yang meriah.
Salah satu tradisi lucu yang populer saat Baraat adalah joota chhupai, yaitu sepatu mempelai pria yang disembunyikan oleh saudari-saudari pengantin wanita. Untuk mendapatkannya kembali, sang mempelai pria harus membayar “tebusan”—bisa berupa uang, hadiah, atau rayuan manis. Tradisi ini bukan sekadar permainan, melainkan simbol keakraban dan hubungan hangat antara dua keluarga.
Walima: Perjamuan Cinta dan Syukur
Tahap terakhir dari prosesi pernikahan Pakistan adalah Walima, yaitu jamuan atau resepsi yang diselenggarakan oleh pihak mempelai pria. Walima merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW dan menjadi simbol syiar serta rasa syukur atas pernikahan yang telah sah.
Berbeda dengan Mehndi yang informal dan Nikah yang sakral, Walima adalah acara yang formal dan elegan. Diadakan di gedung pertemuan, hotel, atau taman yang luas, Walima diisi dengan sambutan tamu, pidato keluarga, makan malam bersama, dan momen foto resmi pengantin. Dekorasi Walima biasanya mewah dan megah, mencerminkan kebanggaan dan kebahagiaan keluarga mempelai pria.
Hidangan yang disajikan pun istimewa—biryani, nihari, seekh kebab, roti, serta manisan seperti gulab jamun dan kheer menghiasi meja jamuan. Ini adalah momen di mana semua orang berkumpul untuk merayakan cinta yang telah sah secara agama dan sosial.
Penutup: Warisan Cinta yang Hidup dalam Tradisi
Pernikahan dalam budaya Pakistan bukan hanya perayaan sepasang kekasih yang bersatu, tetapi juga puncak dari nilai-nilai kekeluargaan, spiritualitas, dan warisan budaya yang dijunjung tinggi. Dari gemerlap Mehndi hingga elegansi Walima, setiap langkah dalam prosesi pernikahan menyiratkan bahwa cinta bukan hanya urusan dua hati, melainkan dua keluarga yang bersatu, dua dunia yang berpadu, dan dua budaya yang saling menghormati.
Melalui tradisi pernikahan, masyarakat Pakistan merayakan cinta dengan warna, tawa, dan doa. Sebuah warisan budaya yang bukan hanya untuk dikenang, tetapi juga untuk diteruskan—sebagai jejak cinta yang hidup dalam denyut kehidupan sehari-hari.