GIIAS 2025 atau Gaikindo Indonesia International Auto Show 2025 resmi berakhir pada Minggu (3/8) lalu di ICE BSD City, Tangerang. Pameran otomotif terbesar di Indonesia ini mencetak rekor jumlah pengunjung, namun justru dibayangi oleh penurunan penjualan mobil.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah daya beli masyarakat Indonesia mulai melemah?
Rekor Jumlah Pengunjung GIIAS 2025
Jumlah pengunjung GIIAS 2025 mencapai 485.569 orang, meningkat sekitar 6–7 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencatat sekitar 457 ribu pengunjung.
Angka ini menjadi rekor tertinggi sejak pameran otomotif tahunan ini digelar. Kehadiran publik yang sangat antusias terlihat dari kepadatan pengunjung setiap hari, terutama pada akhir pekan.
Antusiasme tinggi ini tidak lepas dari ragam inovasi otomotif yang dipamerkan oleh lebih dari 60 merek kendaraan penumpang, 17 merek motor, serta kendaraan komersial dan industri pendukung lainnya.
Namun, di tengah keramaian tersebut, pihak penyelenggara dan pelaku industri otomotif menyampaikan catatan penting terkait lesunya transaksi penjualan kendaraan.
Penjualan Mobil di GIIAS 2025 Justru Menurun
Penjualan mobil di GIIAS 2025 mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Berbeda dari kebiasaan sebelumnya, Gaikindo tidak merilis angka total transaksi penjualan selama pameran berlangsung.
Menurut sejumlah laporan, beberapa merek justru mengalami kontraksi penjualan. Hal ini menandakan bahwa kehadiran fisik di pameran tidak secara langsung berbanding lurus dengan keputusan pembelian konsumen.
“Kami melihat perubahan perilaku konsumen, khususnya dari generasi muda. Mereka datang, mencoba, bertanya, tetapi belum tentu langsung membeli,” ungkap salah satu tenaga penjual kepada Liputan6.com.
Gen Z Mendominasi, Muncul Fenomena “Rojali” dan “Rohana”
Tren otomotif Indonesia kini semakin didominasi oleh generasi muda. Survei internal penyelenggara menyebutkan bahwa Gen Z menyumbang 54 persen dari total pengunjung GIIAS 2025.
Diikuti oleh generasi X (23 persen) dan milenial (21 persen), dominasi ini mencerminkan shifting pasar otomotif ke arah yang lebih muda, digital, dan cenderung mengutamakan riset sebelum pembelian.
Fenomena baru pun muncul dalam bentuk istilah “rojali” (rombongan jarang beli) dan “rohana” (rombongan hanya nanya). Kedua istilah ini mencerminkan pola pengunjung muda yang datang ke pameran untuk eksplorasi, bukan langsung melakukan transaksi.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri yang selama ini mengandalkan GIIAS sebagai ajang penjualan langsung.
Daya Beli Masyarakat Indonesia 2025 Masih Lemah
Daya beli masyarakat Indonesia di tahun 2025 menunjukkan tanda-tanda pelambatan. Hal ini terlihat dari penurunan penjualan kendaraan secara nasional, tidak hanya di GIIAS.
Data Gaikindo menyebutkan bahwa penjualan wholesales kendaraan sepanjang semester I 2025 turun 8,6 persen, sementara penjualan ritel turun hingga 9,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kondisi ini mencerminkan kehati-hatian masyarakat dalam melakukan pembelian besar, termasuk kendaraan. Meskipun inflasi berada pada level yang cukup terkendali dan suku bunga mulai menurun, konsumen tampaknya masih memilih untuk menahan pengeluaran.
“Masyarakat kini lebih berhati-hati. Mereka ingin riset lebih dulu, mempertimbangkan insentif, kredit, dan efisiensi bahan bakar, apalagi dengan makin banyaknya mobil listrik di pasar,” kata pengamat otomotif dari Indonesia Business Post.
Apa Artinya bagi Ekonomi Indonesia?
Ekonomi Indonesia 2025, khususnya dari sisi konsumsi rumah tangga, masih menghadapi tekanan. Lesunya penjualan di GIIAS 2025 menjadi cermin bahwa meskipun minat terhadap kendaraan dan teknologi otomotif tinggi, hal itu tidak langsung berdampak pada transaksi ekonomi riil.
Sektor otomotif selama ini menjadi indikator awal terhadap pergerakan konsumsi masyarakat kelas menengah yang kini justru menunjukkan sikap wait and see.
Kondisi ini dapat menjadi sinyal bagi pemerintah dan pelaku industri untuk mengkaji ulang strategi insentif, pembiayaan kendaraan ramah lingkungan, dan kemudahan kredit.
Selain itu, program-program untuk mendorong konsumsi domestik perlu ditingkatkan agar daya beli bisa kembali pulih.
Kesimpulan
GIIAS 2025 sukses dalam menarik perhatian publik, namun gagal menggenjot penjualan kendaraan secara signifikan. Fenomena ini menunjukkan pergeseran perilaku konsumen serta tantangan nyata dalam sektor konsumsi.
Di tengah derasnya pengunjung, industri otomotif kini harus lebih jeli membaca perubahan pasar dan menyesuaikan strategi untuk tetap tumbuh di tengah ekonomi yang masih penuh tantangan.
Mau berita update lainnya? Simak hanya di Pakistan Indonesia.