Karang Asam Festival 2025 resmi dibuka dengan meriah di Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Dilansir dari Enim Ekspres, festival yang mengusung tema “Labyrinth of Culture” (Labirin Budaya) berlangsung pada 3–7 September 2025, dan langsung menyedot perhatian ribuan pengunjung. Acara yang semula skala kecamatan ini kini resmi masuk ke dalam daftar 110 Karisma Event Nusantara dari Kemenparekraf RI—menjadi tonggak penting dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas.
Momen Pembukaan yang Bermakna
Pembukaan festival berlangsung di Lapangan Karang Asam, Kecamatan Lawang Kidul, dan dimeriahkan oleh tokoh penting: wakil bupati, Ketua TP-PKK, serta Asisten Deputi Event Daerah Kemenparekraf RI, Reza Pahlevi. Dalam sambutannya, Reza menyatakan takjub melihat transformasi festival ini dari agenda lokal kecamatan menjadi daya tarik pariwisata provinsi.
Festival Berbasis Masyarakat dan Ekonomi Lokal
Bupati Muara Enim, H. Edison, menegaskan bahwa festival ini merupakan festival berbasis masyarakat lokal pertama dan satu-satunya di Sumatera Selatan. Selain menjadi wadah silaturahmi, festival telah melibatkan 106 stan kuliner dan UMKM lokal, mempromosikan produk unggulan masyarakat Bumi Serasan Sekundang. “Acara ini juga menjadi ajang promosi UMKM lokal sekaligus penggerak ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Identitas Budaya dan Inovasi Pelestarian
Salah satu momen berharga dalam acara adalah penyerahan piagam Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Komunal bagi tradisi Kupik Mandi Kayik—tradisi memandikan bayi di sungai, yang mencerminkan warisan leluhur. Piagam ini diserahkan oleh Kantor Wilayah Hukum Sumsel kepada Bupati Muara Enim, menandai pengakuan intelektual atas identitas budaya lokal.
Dari Desa ke Panggung Nasional
Festival yang diprakarsai oleh pemuda dan warga Karang Asam ini menunjukkan bagaimana komunitas kecil bisa tumbuh menjadi ikon nasional. Enim Ekspres menyoroti bahwa semangat gotong royong dan kekayaan budaya lokal menjadi kekuatan utama di balik suksesnya festival ini. “Masyarakat, dengan dukungan pemerintah daerah, telah menciptakan ruang yang tak hanya mendukung ekonomi tetapi juga pelestarian budaya,” ungkap narasumber lokal.
Harapan dan Dampak Lanjutan
Bupati Edison berharap Karang Asam Festival bisa menjadi pemantik bagi daerah lain di Muara Enim untuk menginisiasi kegiatan serupa. Menurutnya, festival seperti ini bisa menggaet wisatawan lokal maupun nasional ke Sumatera Selatan, sekaligus menjaga warisan budaya agar terus hidup. “Terselenggaranya festival ini dapat menjadi pematik semangat bagi daerah lainnya … sebagai ajang pelestarian budaya dan peningkatan perekonomian,” ujarnya optimis.
Kesimpulan
Karang Asam Festival 2025 adalah contoh inspiratif bagaimana komunitas lokal bisa mengubah tradisi dan budaya menjadi kekuatan ekonomi dan pariwisata. Dengan tema “Labyrinth of Culture”, rangkaian kegiatan selama lima hari tak hanya menghibur, tapi juga memperkuat identitas budaya dan ekonomi lokal. Dengan pengakuan dari Kemenparekraf serta apresiasi untuk tradisi seperti Kupik Mandi Kayik, festival ini semakin layak disebut sebagai ikon wisata budaya Sumsel berbasis masyarakat.
Ikuti update berita menarik lainnya hanya di Pakistan Indonesia.