Mengenal Virus Hanta: Update Kasus Terbaru, Gejala Awal, dan Zona Rawan di Indonesia

Bagikan

Daftar Isi

Mengenal virus Hanta penting bagi masyarakat Indonesia, terutama setelah laporan keberadaannya di beberapa wilayah yang dihuni tikus liar. Virus Hanta adalah kelompok virus yang ditularkan ke manusia melalui hewan pengerat, khususnya tikus.

Infeksi ini dapat menyebabkan penyakit serius seperti Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) dan Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS).

Virus ini tidak menular antar manusia secara langsung, namun bisa menginfeksi saat seseorang menghirup partikel virus dari urin, air liur, atau kotoran tikus yang mengering dan menyebar di udara.

Update Kasus Virus Hanta di Indonesia

Meski belum terdapat kasus HPS berat pada manusia di Indonesia yang dilaporkan secara luas, sejumlah studi menunjukkan bahwa virus ini terdeteksi pada tikus dari 29 provinsi. Varian baru seperti Serang virus (SERV) ditemukan di Banten, menandakan bahwa virus ini bisa lebih menyebar dari yang diperkirakan.

Pada 2025, Dinas Kesehatan di Bantul, Yogyakarta, telah mengeluarkan imbauan kewaspadaan terhadap paparan virus Hanta di lingkungan rumah dan alam, terutama selama musim hujan.

Gejala Awal Virus Hanta

Virus Hanta bisa menyebabkan dua jenis penyakit utama: HPS (yang menyerang paru-paru) dan HFRS (yang menyerang ginjal). Gejala awal infeksi virus Hanta mirip flu, seperti:

  • Demam tinggi

  • Nyeri otot (terutama di punggung, pinggang, dan kaki)

  • Sakit kepala

  • Mual dan muntah

  • Kelelahan ekstrem

Gejala bisa berkembang dalam beberapa hari menjadi batuk kering, kesulitan bernapas, dan, dalam kasus HFRS, gangguan pada ginjal hingga gagal ginjal akut. Tanpa penanganan cepat, risiko kematian bisa tinggi—mencapai 38% pada HPS dan 15% pada HFRS.

Zona Rawan Virus Hanta di Indonesia

Wilayah yang tergolong zona rawan virus Hanta di Indonesia adalah area dengan populasi tikus tinggi dan aktivitas manusia yang berpotensi mengganggu habitat tikus. Beberapa faktor risiko meliputi:

  • Pemukiman padat dengan sanitasi buruk

  • Gudang atau bangunan kosong yang jarang dibersihkan

  • Area pertanian dan perkebunan

  • Hutan atau lokasi alam terbuka yang menjadi tempat tinggal hewan pengerat

Studi menyebutkan bahwa tikus positif virus Hanta ditemukan di berbagai provinsi besar, termasuk Jawa Barat, Yogyakarta, dan Banten. Hal ini menandakan perlunya kewaspadaan di wilayah urban dan rural.

Langkah Pencegahan yang Disarankan

Hingga saat ini belum tersedia vaksin untuk virus Hanta, sehingga pencegahan adalah langkah terbaik. Berikut beberapa tips dari ahli:

  1. Gunakan masker dan sarung tangan saat membersihkan gudang atau area dengan jejak tikus.

  2. Tutup makanan rapat-rapat agar tidak terkontaminasi urin atau kotoran tikus.

  3. Periksa dan perbaiki celah rumah untuk mencegah tikus masuk.

  4. Buang sampah secara rutin dan jaga kebersihan dapur serta tempat penyimpanan makanan.

  5. Hindari menyentuh tikus mati dengan tangan langsung.

Pemerintah juga mendorong program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) untuk mencegah zoonosis seperti Hanta dan leptospirosis.

Kesimpulan

Mengenal virus Hanta bukan hanya soal memahami penyakitnya, tapi juga mengubah perilaku untuk mencegah paparan. Di Indonesia, meskipun kasus manusia belum tinggi, potensi penyebaran tetap ada karena luasnya distribusi tikus pembawa virus.

Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan, terutama saat beraktivitas di area dengan risiko tinggi.

Baca berita lainnya di Pakistan Indonesia untuk liputan mendalam seputar kesehatan, virus zoonotik, dan isu-isu terbaru nasional & global.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *