Tragedi tenggelamnya kapal feri KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali menjadi salah satu peristiwa yang menyita perhatian masyarakat Indonesia pada Juli 2025. Kapal yang mengangkut puluhan penumpang ini karam hanya sekitar 30 menit setelah bertolak dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali 2 Juli 2025.
Insiden ini bukan hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga memunculkan pertanyaan besar mengenai standar keselamatan transportasi laut di Indonesia. Berikut ulasan lengkap tentang kronologi kejadian, fakta-fakta penting, upaya evakuasi, serta langkah pemerintah dalam merespons musibah ini.
Kronologi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya
Peristiwa memilukan ini terjadi pada 2 Juli 2025 sekitar pukul 10.00 WITA. Berdasarkan keterangan Badan SAR Nasional (Basarnas), kapal feri KMP Tunu Pratama Jaya membawa 53 penumpang dan 12 anak buah kapal (ABK). Kondisi cuaca saat keberangkatan sebenarnya sudah terpantau kurang bersahabat, dengan angin kencang dan gelombang tinggi mencapai 2-3 meter.
Sekitar 30 menit setelah meninggalkan dermaga Ketapang, kapal mengalami kemiringan hebat. Menurut beberapa penumpang selamat, air mulai masuk dari bagian lambung kapal. Upaya awak kapal untuk menstabilkan posisi tidak berhasil. Dalam waktu cepat, kapal semakin miring dan akhirnya terbalik.
Sinyal darurat dikirimkan ke pos SAR terdekat. Namun, cuaca buruk membuat proses evakuasi menjadi sangat sulit. Kapal cepat dan perahu karet yang dikerahkan tim penyelamat tidak bisa mendekat dalam jarak kurang dari 500 meter karena ombak tinggi.
Fakta-Fakta Penting dalam Tragedi Kapal Feri di Selat Bali
Berikut beberapa fakta yang perlu diketahui masyarakat tentang tragedi ini:
1. Korban Jiwa dan Hilang
Hingga proses pencarian terakhir pada 4 Juli 2025, 4 orang dinyatakan meninggal dunia dan 29 lainnya masih hilang. Sisanya berhasil diselamatkan, sebagian dalam kondisi luka-luka dan trauma berat.
2. Cuaca Buruk Jadi Kendala Utama Evakuasi
Kepala Basarnas Bali menyebutkan bahwa jarak pandang hanya sekitar 100 meter akibat kabut laut, sementara ombak besar terus menghantam lokasi kapal karam.
3. Muatan dan Kondisi Kapal
Menurut catatan manifes, kapal membawa sejumlah kendaraan roda empat dan barang logistik. Diduga muatan berat memperparah kondisi kapal saat diterpa gelombang tinggi.
4. Prosedur Keselamatan
Beberapa penumpang melaporkan tidak semua pelampung tersedia dalam jumlah memadai. Hal ini menjadi sorotan tim investigasi Kementerian Perhubungan.
5. Penangguhan Pencarian
Pada 4 Juli 2025 malam, Basarnas secara resmi menangguhkan operasi pencarian sementara karena faktor cuaca ekstrem.
Upaya Evakuasi dan Penanganan Korban
Basarnas, TNI AL, Polairud, dan relawan melakukan upaya evakuasi intensif sejak sinyal SOS diterima. Tim penyelam diterjunkan untuk memastikan lokasi pasti bangkai kapal. Namun, arus bawah laut yang sangat kuat membuat pencarian korban di sekitar lambung kapal hampir mustahil dalam kondisi gelap.
Selain evakuasi, pemerintah daerah bersama Kementerian Sosial membuka posko pengaduan dan crisis center di Banyuwangi dan Gilimanuk untuk keluarga korban. Bantuan psikososial juga diberikan untuk para penyintas yang mengalami trauma.
Sementara itu, korban selamat langsung dirawat di rumah sakit terdekat. Beberapa mengalami luka patah tulang dan hipotermia akibat terlalu lama terapung di laut sebelum dievakuasi.
Respon Pemerintah dan Rencana Investigasi
Menanggapi tragedi tenggelamnya kapal feri KMP Tunu Pratama Jaya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan pemerintah segera melakukan investigasi menyeluruh. Fokus utama penyelidikan antara lain:
Penyebab pasti tenggelamnya kapal.
Kelayakan dokumen dan sertifikasi kapal.
Prosedur pemeriksaan cuaca sebelum keberangkatan.
Standar keselamatan pelayaran.
Pemerintah juga menegaskan akan melakukan evaluasi terhadap seluruh kapal penyeberangan di jalur Ketapang–Gilimanuk. Pemeriksaan berkala akan diperketat, terutama menjelang puncak arus liburan sekolah.
Di samping itu, Kementerian Sosial bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memastikan santunan bagi keluarga korban meninggal dan bantuan untuk korban selamat.
Pelajaran Penting dari Tragedi Ini
Tragedi di Selat Bali menjadi pengingat bahwa keselamatan pelayaran harus menjadi prioritas utama. Beberapa pelajaran penting yang bisa diambil:
1. Patuhi Informasi Cuaca
Operator kapal wajib memerhatikan prakiraan cuaca dari BMKG. Penyeberangan dalam kondisi cuaca ekstrem seharusnya ditunda.
2. Kesiapan Peralatan Keselamatan
Pelampung dan sekoci harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan dalam kondisi siap pakai.
3. Pelatihan Evakuasi
Penumpang perlu mendapatkan pengarahan cara penggunaan pelampung dan evakuasi darurat sebelum kapal berangkat.
4. Peningkatan Pengawasan
Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan di seluruh pelabuhan penyeberangan di Indonesia agar tragedi serupa tidak terulang.
Penutup
Tragedi tenggelamnya kapal feri KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali adalah duka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat Indonesia. Di balik musibah ini, ada tanggung jawab bersama untuk memperbaiki sistem keselamatan transportasi laut agar setiap perjalanan dapat berlangsung aman.
Semoga para korban yang belum ditemukan segera diketemukan, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Mari kita jadikan peristiwa ini sebagai pengingat bahwa keselamatan bukan sekadar prosedur formalitas, melainkan komitmen nyata yang harus dijaga oleh semua pihak.
Baca terus berita terbaru hanya di Pakistan Indonesia. Kami hadir dengan informasi aktual, tepercaya, dan mendalam. Klik di sini untuk mengikuti update selengkapnya.