Kasus admin media sosial Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mendadak viral setelah suaranya bocor saat melakukan siaran langsung di Instagram resmi Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. Dalam rekaman tersebut, terdengar candaan yang dianggap tidak pantas oleh sejumlah warganet, sehingga memicu gelombang reaksi beragam di media sosial.
Setelah video tersebut viral, admin bersangkutan segera menyampaikan permintaan maaf dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Namun, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, justru menolak pengunduran diri tersebut dan meminta publik agar lebih dewasa dalam menyikapi insiden tersebut.
Kronologi Kejadian Admin Medsos Surabaya Mundur
Kejadian bermula ketika akun Instagram resmi milik Wali Kota Surabaya tengah melakukan siaran langsung acara Pemkot. Saat jeda live, mikrofon ternyata masih aktif dan merekam percakapan antara beberapa anggota tim admin. Salah satu suara terdengar melontarkan candaan bernada santai yang kemudian disalahartikan oleh sebagian penonton.
Potongan video live itu pun segera menyebar di berbagai platform media sosial, termasuk X (Twitter) dan TikTok. Banyak pengguna menilai bahwa komentar admin tersebut kurang profesional, terutama karena dilakukan melalui kanal resmi pemerintah daerah.
Setelah kejadian itu, admin yang bersangkutan secara terbuka meminta maaf kepada masyarakat Surabaya melalui unggahan klarifikasi dan menyatakan pengunduran dirinya dari posisi pengelola media sosial Wali Kota Surabaya.
Respons Wali Kota Eri Cahyadi
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menolak pengunduran diri sang admin. Ia menegaskan bahwa kesalahan tersebut merupakan bagian dari proses belajar, dan tidak seharusnya dijadikan dasar untuk mengakhiri karier seseorang.
“Semua orang bisa salah, yang penting dia berani bertanggung jawab. Saya tidak ingin orang baik kehilangan semangat hanya karena satu kesalahan,” ujar Eri Cahyadi dikutip dari Suara Surabaya (3 November 2025).
Eri juga meminta masyarakat agar tidak memperbesar masalah ini. Menurutnya, fokus utama Pemkot Surabaya tetap pada pelayanan publik dan peningkatan kualitas komunikasi antara pemerintah dan warga.
Sikap DPRD Surabaya dan Publik
Komisi C DPRD Surabaya turut memberikan komentar terkait kasus ini. Mereka meminta masyarakat agar lebih bijak dan dewasa dalam menanggapi kesalahan teknis yang terjadi di ranah digital. DPRD menilai, candaan ringan tersebut tidak mencerminkan kinerja keseluruhan tim komunikasi Pemkot Surabaya.
Sementara itu, publik menanggapi peristiwa ini dengan beragam opini. Ada yang menilai tindakan admin sudah tepat dengan meminta maaf, namun sebagian menilai pernyataan itu menunjukkan kurangnya profesionalisme dalam mengelola akun resmi.
Meski begitu, sebagian besar warganet justru mengapresiasi sikap Wali Kota Eri Cahyadi yang menolak pengunduran diri admin dan memilih pendekatan yang humanis.
Dampak terhadap Pengelolaan Media Sosial Pemerintah
Insiden ini menjadi pembelajaran penting bagi pengelola akun media sosial pemerintah di seluruh Indonesia. Pengawasan dan koordinasi dalam setiap unggahan maupun siaran langsung menjadi hal krusial agar tidak terjadi kesalahan serupa.
Selain itu, kasus ini juga menyoroti pentingnya pelatihan literasi digital dan etika komunikasi publik bagi para admin media sosial di instansi pemerintahan. Kesalahan kecil di dunia digital bisa berdampak besar terhadap citra lembaga.
Kasus admin medsos Surabaya ini menunjukkan bahwa transparansi dan tanggung jawab masih menjadi nilai utama dalam komunikasi publik. Meskipun sempat menimbulkan kontroversi, sikap terbuka dan bijak dari Eri Cahyadi serta timnya layak diapresiasi.
Untuk berita menarik lainnya seputar pemerintahan daerah, media sosial, dan isu digital terkini, kunjungi PakistanIndonesia.com dan dapatkan update terbaru setiap harinya.
Referensi





