Belajar Coding SD: Kurikulum Baru Tahun 2026

belajar coding SD

Daftar Isi

Belajar Coding SD – Pemerintah Indonesia bersiap menerapkan kurikulum baru yang mencantumkan pelajaran coding bagi siswa kelas 5 Sekolah Dasar (SD) mulai tahun ajaran 2026. Langkah ini merupakan bagian dari upaya modernisasi pendidikan nasional agar generasi muda lebih siap menghadapi era digital.

Menteri Pendidikan menekankan bahwa keterampilan digital harus dikenalkan sejak dini agar anak-anak tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga mampu menciptakan solusi digital. Namun, langkah ini juga menuai berbagai tanggapan dari kalangan pendidik dan pakar, terutama terkait kesiapan infrastruktur dan tenaga pengajar.


1. Latar Belakang Implementasi Belajar Coding SD

1.1 Perubahan Kurikulum Nasional

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengumumkan bahwa coding akan masuk ke dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang diajarkan mulai kelas 5 SD. Kurikulum baru ini dirancang untuk menumbuhkan logika berpikir, keterampilan pemecahan masalah, dan kreativitas.

Mata pelajaran ini tidak hanya fokus pada teori komputer, melainkan juga praktek langsung menggunakan bahasa pemrograman visual seperti Scratch dan Blockly. Ini akan menjadi langkah awal sebelum siswa dikenalkan dengan bahasa coding yang lebih kompleks di jenjang berikutnya.

1.2 Tujuan Pengajaran Coding

Tujuan utama pengajaran coding adalah membekali siswa dengan kemampuan abad ke-21, terutama dalam berpikir logis dan kolaboratif. Pemerintah melihat coding bukan hanya sebagai keterampilan teknis, tetapi juga sebagai cara untuk mengasah daya nalar dan kemampuan menyusun strategi.

Keterampilan ini juga penting dalam menunjang berbagai bidang ilmu lain, termasuk matematika dan sains. Dengan pengenalan sejak SD, diharapkan siswa akan memiliki fondasi kuat untuk berkembang lebih jauh di era digital.


2. Tantangan Pelaksanaan Belajar Coding SD

2.1 Kesiapan Pengajar dan Sekolah

Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pengajar SD dengan latar belakang teknologi informasi atau pemrograman komputer. Banyak pengajar belum familiar dengan konsep coding, apalagi mengajarkannya kepada siswa tingkat dasar. Untuk mengatasi hal ini, Kementerian akan mengadakan pelatihan intensif secara nasional. Pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan kompetensi digital pengajar secara bertahap dan praktis. Materi pelatihan akan difokuskan pada pemahaman logika pemrograman dasar dan penggunaan alat bantu visual. Bahasa pemrograman seperti Scratch dan Blockly akan digunakan sebagai pengantar yang mudah dipahami.

Selain pelatihan langsung, modul pembelajaran digital juga akan disediakan secara daring dan luring. Modul dirancang agar ramah untuk pengajar non-teknis dan mudah diaplikasikan di kelas. Namun, upaya ini membutuhkan perencanaan logistik yang matang dan pendanaan berkelanjutan. Pemerintah dihadapkan pada tantangan distribusi pelatihan ke daerah terpencil yang infrastruktur terbatas. Kesuksesan program ini sangat bergantung pada sinergi antara pusat, daerah, dan sekolah masing-masing.

2.2 Infrastruktur Digital Sekolah

Tidak semua sekolah dasar di Indonesia memiliki infrastruktur digital yang memadai untuk mendukung pembelajaran coding. Sekolah-sekolah di daerah 3T masih kesulitan mendapatkan akses komputer dan internet stabil. Padahal, coding membutuhkan perangkat digital yang layak serta koneksi internet yang konsisten. Tanpa fasilitas ini, proses belajar mengajar akan terhambat dan tidak maksimal. Pemerintah menyadari kesenjangan ini dan tengah menyusun peta jalan digitalisasi sekolah secara bertahap.

Rencana ini mencakup distribusi perangkat TIK dan pembangunan jaringan internet di sekolah-sekolah prioritas. Fokus utama adalah memastikan daerah tertinggal tidak tertinggal dalam transformasi digital pendidikan. Program bantuan akan diarahkan secara adil berdasarkan kebutuhan dan kesiapan tiap wilayah. Pemerintah pusat dan daerah diharapkan bekerja sama dalam mengawal proses digitalisasi ini secara berkelanjutan.

2.3 Kurikulum Tambahan atau Pengganti?

Pakar pendidikan menyoroti pentingnya kejelasan posisi coding dalam struktur kurikulum yang baru. Apakah coding akan menjadi mata pelajaran tambahan atau menggantikan pelajaran lain masih belum jelas. Ketidakjelasan ini dapat menyebabkan tumpang tindih materi dan membingungkan siswa. Jika tidak dirancang secara hati-hati, penambahan materi bisa memperberat beban belajar siswa SD. Hal ini berpotensi mengurangi efektivitas pembelajaran secara keseluruhan.

Selain itu, ada kekhawatiran coding hanya akan diakses oleh siswa di kota besar. Kurangnya fasilitas dan tenaga pengajar membuat sekolah di daerah tertinggal rawan tertinggal. Ini menimbulkan kesenjangan pendidikan dan ketidakadilan antar wilayah. Oleh karena itu, pemerataan dan keadilan dalam penerapan coding harus menjadi prioritas utama kebijakan ini.


3. Pandangan Para Pakar Terhadap Belajar Coding SD

3.1 Dukungan terhadap Literasi Digital Dini

Banyak pakar teknologi pendidikan mendukung langkah ini, karena coding adalah bahasa baru yang penting dikuasai sejak dini. Menurut mereka, anak-anak memiliki potensi besar dalam memahami pola dan logika yang menjadi dasar pemrograman.

Studi internasional menunjukkan bahwa pelatihan coding sejak SD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis anak secara signifikan. Mereka juga cenderung lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan teknologi di masa depan.

3.2 Perlu Asesmen dan Evaluasi

Namun, para ahli juga menegaskan pentingnya asesmen berkelanjutan terhadap implementasi program ini. Pemerintah harus mengevaluasi efektivitas materi, kesiapan pengajar, dan dampak terhadap beban belajar siswa.

Evaluasi yang konsisten akan membantu perbaikan kurikulum secara dinamis, agar sesuai dengan kebutuhan siswa dan perkembangan teknologi. Ini juga memastikan bahwa pelajaran coding tidak hanya menjadi formalitas, tetapi memberi dampak nyata.

3.3 Mendorong Kolaborasi Multi Pihak

Pakar menyarankan agar pelaksanaan program ini melibatkan kolaborasi lintas sektor: pemerintah, swasta, akademisi, dan komunitas teknologi. Banyak platform edukasi digital yang siap mendukung dengan konten dan pelatihan.

Kemitraan seperti ini bisa mempercepat adaptasi sekolah terhadap perubahan dan menciptakan ekosistem pendidikan digital yang lebih inklusif. Ini juga menjadi peluang untuk memperkecil kesenjangan digital antar wilayah.


Penutup – Belajar Coding SD

Pengajaran coding kepada siswa SD adalah langkah progresif yang dapat membawa dampak besar dalam jangka panjang. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada kesiapan sistem pendidikan secara menyeluruh. Kolaborasi, pemerataan infrastruktur, dan pelatihan pengajar menjadi fondasi yang harus diperkuat.

Sebagai masyarakat, penting untuk ikut mengawal kebijakan ini agar benar-benar berpihak pada siswa dan tidak hanya menjadi jargon modernisasi. Simak terus berita pendidikan dan kebijakan terkini hanya di Pakistan Indonesia, ruang dialog lintas bangsa yang menjunjung nilai edukatif dan konstruktif.

Referensi:

Bagikan: